AL QOLAM - KMNTB MEDIA
Headlines News :

Latest Post

Written By Unknown on Sunday, October 13, 2013 | 7:55 AM


Pulau Lombok dijuluki sebagai pulau seribu masjid. Di Pulau ini, bisa ditemukan masjid di setiap dusun bahkan setiap RT atau gubug (Kampung). Bahkan masjid bisa berjumlah 2 (dua) masjid untuk 1 (satu) wilayah mukim, sehingga untuk shalat Jum'at biasanya digilir penggunaan masjidnya.

Madrasah hampir berada di setiap desa, baik yang menyediakan asrama pemondokan atau hanya sekedar untuk sekolah.

Tradisi keislaman sangat kental di pulau yang terkenal juga dengan wisata pantainya ini. Salah satunya adalah lebaran topat (ketupat).

Dinamakan Lebaran topat karena tidak lain perayaan tersebut melibatkan makanan ketupat. Lebaran topat ini sebenarnya tradisi Suku Sasak yang dilakukan seminggu setelah Hari Raya Idul Fitri. Setelah Lebaran orang-orang Sasak biasanya melakukan puasa sunah selama 6 hari di bulan Syawal. Tetapi saat ini jarang yang melakukan puasa sunah, tetapi hanya Lebaran topat saja yang masih lestari.

Tradisi Lebaran topat dilakukan secara serentak dengan cara melakukan pesiar atau mengunjungi tempat-tempat wisata di Lombok beramai-ramai dengan membawa bekal makanan dari ketupat.

Lebaran topat diadakan persis 6 hari setelah 'idul fitri. Menurut salah seorang tokoh Sasak Lalu Agus Fathurrahman, lebaran topat dulunya hanyalah lebaran bagi yang menjalankan ibadah puasa Syawal 6 hari, setelah itu baru diadakan lebaran topat.

"Tapi kini maknanya sudah bergeser, malah lebih cenderung dijadikan hari rekreasi, lihat saja Senggi, Batu Layar, dan tempat sante (rekreasi) penuh," tambahnya.

Di hari lebaran topat, khususnya di wilayah Lombok bagian tengah dan barat diadakan roah (tahlilan) di pagi harinya yang semua menu makanannya dari ketupat dengan sayur yang bervariasi, mulai dari olah-olah, pelalah, urap-urap, pelecing, pecel, sampai pelecing ayam kampung.

Ibnu Anhar, seorang dai di NTB juga mengatakan, tradisi seperti ini sudah turun temurun, roah menjadi kebiasaan orang Islam di Lombok.

"Beli motor baru mesti diroahkan, punya rumah baru, anak mau pergi sekolah ke tempat yang jauh, apalagi di hari-hari peringatan maulid Nabi, isra', nuzulul qur'an,” ujarnya.

Bahkan masih banyak yang mengganggap roah di peringatan hari Islam itu seperti kewajiban sehingga mereka kadang mencari hutangan.

Menurut Ibnu Anhar, dakwah bil hikmah mesti dilakukan agar mereka membedakan mana syariat mana kebiasaan," jelasnya.

Lebaran topat di Lombok dilaksanakan pada Kamis (15/08/2013). Bisa diperkirakan akan terjadi macet di jalan-jalan yang menuju ke arah tempat-tempat rekreasi dan makam-makam yang dianggap keramat.

Berisi Ajaran Islam

Sementara itu, Gubernur NTB, Dr. TGH M. Zainul Majdi, MA,  menyatakan bahwa kegiatan di lebaran topat berisi silaturrahim ke keluarga. Soal adanya berbagi makanan, saling memaafkan semuanya itu dinilai ajaran Islam.

“Lebaran topat sesungguhnya satu bentuk tasyakkur umat Islam di Lombok atas selesainya rangkaian shaum , Ramadhan sebulan penuh dilanjutkan enam hari di bulan Syawal. Bertasyakkur atas nikmat selesainya rangkaian shaum tentu sangat baik, sepanjang tidak berlebihan, apalagi dengan melanggar ajaran akhlak Islam. Berbagi makanan, bersilaturahim, bermaaf-maafan, yang semuanya terangkum dalam acara lebaran topat adalah bagian dari ajaran Islam," jelas alumni Al Azhar Mesir ini.*/Zulkipli, Lombok

SANG MUJTAHID

Written By Unknown on Monday, October 7, 2013 | 1:13 PM

SANG MUJTAHID



Imam syafi’I dilahirkan di giza palestina tahum 150 H .nama lengkap beliau adalah abu abdillah Muhammad bin idris bin abbas bin ustman  bin syafi’I bin saib bin a’bid bin abd yazid bin hisyam bin muthholib bin abd manaf .Titik temu nasab Imam Syafi’I dengan Rasullah saw  tepatnya  di kakek moyangnya yang bernama Abd manaf.kelahiran Imam Syafi’I bertepatan dengan wafatnya imam besar pembangun mazhab hanafi yaitu Imam Abu hanifah.ada juga yang meriwayatkan bahwa Imam Syafi’I dilahirkan di Asqhalan.Tetapi hal itu tidak bertentangan dengan  tempat lahir beliau yang berada di daerah Giza.Imam Syafi’I berkata: bahwa Asqolan itu di sebut sebagai  kota dan Giza itu di sebut sebagai  desa.Beliau dilahirkan dengan keadaan yatim.bapaknya meninggal dunia ketika imam syafi’I berada dalam buaian sang ibu.
Beberapa tahun kemudian Imam Syafi'I  pindah  ke mekkah untuk menimba ilmu pengetahuan dengan para ulama’, disamping itu juga  tujuan beliau untuk pindah,diantaranya  untuk mencari garis keturunan karena di khawatirkan garis keturunannya akan hilang.Dengan bekal yang cukup dan dengan keadaan yatim beliau pindah ke mekah untuk melaksanakan titah sang ibu, hal itu tidak membuat Imam Syafi’I merasa terbebani dan putus asa .tetapi dengan keadaan inilah Imam Syafi’I merasa tertantang untuk mendalami ilmu pengetahuan.
Dengan kegigihan beliau dalam mendalami ilmu pengetahuan, beliau belajar kepada para ulama’ di mekah al mukarromah, beliau hafal alqur’an ketika  berumur 7 tahun,menghapal hadis dan permasalahan yang diterangkan oleh gurunya.imam muzanni meriwayatkan  dari  Imam Syafi’i.”aku telah menghafal saat aku berumur 7 tahun dan berhasil menghafal al muwaththa’ ketika berumur 10 tahun.
 selain menghapal beliau juga membiasakan diri dengan menulis penjelasan gurunya dengan tulang atau lembaran-lembaran kertas sampai kamarnya terpenuhi dengan lembaran-lembaran kertas.dengan kebiasaannya yang menulis Imam Syafi’I  mencatat pesan nya denga sebuah  syair :ilmu adalah buruan dan tulisan adalah pengikatnya, ikatlah buruanmu dengan tali yang kuat .
kejeniusan beliau di waktu muda ini  tidak membuat beliau merasa tergiur dengan masa muda seperti para pemuda lainnya.Beliau tidak merasakan pubertas,  beliau lebih menyibukkan diri dengan ilmu pengetahuan.beliau berprinsip bahwa tujuan utama adalah menuntut ilmu .hal ini lah yang membuat sang guru memperhatikan imam syafi’I dan memutuskan untuk membebaskan biaya pendidikan.gurunya berkata: tak layak bagiku untuk memungut biaya sepesrpun dari engkau.
Dengan semangat dan kegigihannya dalam menuntut ilmu imam syafi'I berkeinginan  mendalami bahasa arab untuk menghindari diri dari kesalahan dalam membaca  atau melapalkan.kesalahan dalam melapalkan banyak di alami orang orang arab terutama di kota kota besar yang di sebabkan oleh bercampurnya bahasa dengan orang non arab.beliau pergi  kesebuah desa yang terkenal dengan ilmu syair dan ilmu bayan yaitu desa Hudzail.di desa itu juga beliau mempelajari garis keturunan,mengahapal sya'ir dan di samping itu beliau  mempelajari kebudayaan yang di miliki oleh bangsa arab khususnya ketangkasan dalam berperang seperti memanah.
Dengan mempelajari beberapa ilmu  di desa Hudzail beliau mendapatkan manfaat yang besar.beliau memiliki pengetahuan yang luas dalam berbahasa dan  bersya'ir,beliau dapat memahami ma'na yang terkandung  dalam al alqur'an dan hadits.beliau dapat membuktikan pemahamannya dalam menyelami ma'na al qur'an dan hadist dengan menulis sya'ir.
Beberapa tahun kemudian beliau kembali ke mekah.tatkala kembali ke mekah beliau terinspirasi dengan ucapan keluarga pamanya  yang memerintahkan nya untuk pergi ke madinah dan belajar kepada imam besar kota Madinah yaitu Imam Malik bin anas(pembangun mazhab maliki).setelah beberapa hari di perjalanan berjumpalah Imam Syafi'I dengan Imam Malik untuk belajar fiqih.Imam Malik berkata : ya Muhammad bertakwallah kepada Allah  dan jauhilah maksiat kelak engkau akan menjadi orang besar.Alloh telah menurunkan cahaya  dihatimu janganlah engkau padamkan cahaya itu dengan kemaksiatan.tak diragukan lagi perkataan imam besar untuk seorang pemuda yaitu imam syafi'I .beberapa waktu kemudian Imam Malik menyeru kepada Imam Syafi'I untuk pulang dan datang esok hari.
Keesokan harinya Imam Syafi'I datang ke  rumah sang guru.lalu sang guru memerintahkan nya untuk membaca  muwathta'.imam malik memperhatikan dan kagum atas  bacaan yang sesuai dengan gramatikal bahasa arab.beliau tekun belajar dan tidak pernah sibuk kecuali mempelajari berbagai ilmu pengetahuan.sejak itu juga beliau tinggal di Madinah sampai wafatnya Imam mMlik bin Anas.selama tinggal di madinah Imam Syafi'I sering ke mekah  untuk menjenguk dan meminta nasihat kepada sang  ibu.
Ketika Imam Malik meninggal dunia.Imam Syafi'i  kembali ke Mekah untuk mencari pekerjaan tetapi di Mekah tidak ada pekerjaan.tiba-tiba sebagian orang dari golongan Quraisy  membawa Imam Syafi'I kepada gubernur Yaman, waktu itu gubernur berada di Mekah.Mereka minta untuk membawa Imam Syafi'I ke yaman.tetapi sang ibu tidak mempunyai sesuatu  untuk membekalinya ke yaman.akhirnya sang ibu menggadaikan rumah sebagai bekal untuk mencari pekerjaan di yaman.
Di Yaman Imam Syafi'I diangkat sebagai pejabat.beliau melakukan tugas dengan baik dan teratur .kemudian beliau di tempatkan di najran  dengan tugas yang lebih besar yaitu  menegakkan keadilan.Dengan sikapnya yang adil, kolusi dan nepotisme di tutup di daerah tersebut.menegakkan keadilan membuatnya merasa tertantang ,kesulitan pun mulai dihadapinya sampai  beliau di tuduh sebagai pemberontak.
Dengan tuduhan tersebut Imam Syafi'I di bawa ke Bagdad Irak tahun 184 hijrah. untuk menghadap khalifah Harun ar-rasyid salah satu khalifah Dinasti abbasiyah.saat itu beliau berumur 34 tahun.dihadapan khalifah , beliau menjelaskan dengan argumentasi yang sangat jelas tentang tuduhan tersebut.Kemudian datanglah Muhammad bin Hasan sahabat Imam Abu hanifah untuk memberikan saksi atas kebenaran yang dilakukan oleh imam syafi'i.oleh sebab itulah Imam Syafi'I selamat dari tuduhan.
Tuduhan yang dialami oleh Imam Iyafi'I menjadi kenikmatan.Setelah keluar dari istana beliau mampir dirumah Muhammad bin hasan seorang ulama' fiqih iraq, Imam Syafi'I membaca buku yang dimiliki  oleh Muhammad  bin hasan dan langsung berguru kepadanya.beliau mempelajari masalah yang ada dalam fiqih tersebut.Dengan demikian beliau telah mempelajari fiqih hijaz yang terkenal dengan madrasah hadis di bawah pimpinan Imam Malik bin Anas dan mempelajari fiqih Iraq yang terkenal dengan madrasah ar ra'yi dibawah pimpinanan Imam abu hanifah.Hal itu yang menyebabkan beliau dapat menguasai fiqih Iraq yang terkenal dengan ra'yi atau nalar.
Setelah beberapa tahun di Bagdad Imam Syafi'i berangkat menuju mekah.beliau membawa kitab-kitab yang dibacanya di Iraq.Di kota mekah imam syafi'i mengajar, berfatwa ,menetapkan aturan-aturan dalam berijtihad dan meletakkan kaidah-kaidah dasar sebagai alat untuk mengistinbath hukum yaitu ilmu ushul fiqh(metode dalam mengistinbath hukum) dengan menyusun kitab ar-risalah.
Untuk menyebarkan ilmu dan memperkenalkan metode dalam mengistinbath hukum beliau berangkat menuju bagdad tahun 195 hijriah.pada fase ini beliau menjelaskan kumpulan kitabnya al Bagdadiyyah(kitab alhujjah) kepada para murid dibagdad.Melalui peran muridnya metode yang diajarkan beliau tersebar di penjuru kota Irak.ijtihad atau penjelasan beliau tentang hukum dinamakan Qaul Qadim.
Sekitar tahun 199 hijriah beliau pindah ke Mesir, melihat tabi'at atau tradisi di mesir beliau menata ulang kitab ar-risalah dan merevisi pendapat-pendapat yang ijtihadkan di hijaz dan di Iraq.jadi ijtihad beliau di mesir dinamakan dengan Qaul jadid.selain itu, beliau mengumpulkan karya-karyanya di bidang fikih dengan menyusun  kitab induk(kitab al-umm).lima tahun kemudian pada tahun 204 hijriah dimesir beliau mengakhiri perjalanannya dalam mencari dan menyebarkan ilmu di penjuru daulah islamiyah.beliau meninggal dunia pada malam jum'at setelah isya, di penghujung bulan rajab dan menguburkan beliau pada hari jum'at.imam syafi'I wafat pada usia 54 tahun.

Oleh: Abdullah Fatih

Abu Hurairah - Otaknya Gudang Pengetahuan

Written By Unknown on Sunday, October 6, 2013 | 12:00 AM

Abu Hurairah - Otaknya Gudang Pengetahuan  


Abu Hurairah, Bapak Kucing Kecil
Tokoh kita ini biasa berpuasa sunah tiga hari setiap awal bulan Qamariah (bulan Arab dalam penanggalan Hijri), mengisi malam harinya dengan membaca Al-Quran dan salat tahajud. Akrab dengan kemiskinan, dia sering mengikatkan batu ke perutnya, guna menahan lapar. Dalam sejarah ia dikenal paling banyak meriwayatkan hadis. Dialah Bapak Kucing Kecil (Abu Hurairah), begitu orang mengenalnya. Kenapa ia dikenal sebagai "Bapak Kucing"? Di waktu jahiliyah namanya dulu Abdu Syamsi ibn Shakhr Ad-Dausi, dan tatkala ia memeluk Islam, ia diberi nama oleh Rasul dengan Abdurrahman. Ia sangat penyayang kepada binatang dan mempunyai seekor kucing, yang selalu diberinya makan, digendongnya, dibersihkannya dan diberinya tempat. Kucing itu selalu menyertainya seolah-olah bayang bayangnya. Inilah sebabnya ia diberi gelar "Bapak Kucing".
Penghafal Hadits Terbesar Sepanjang Masa
Kadangkala kepintaran manusia itu mempunyai akibat yang merugikan dirinya sendiri. Dan orang-orang yang mempunyai bakat-bakat istimewa, banyak yang harus membayar mahal, justru pada waktu ia patut menerima ganjaran dan penghargaan.
Shahabat mulia Abu Hurairah termasuk salah seorang dari mereka. Sungguh dia mempunyai bakat luar biasa dalam kemampuan dan kekuatan ingatan. Abu Hurairah r.a. mempunyai kelebihan dalam seni menangkap apa yang didengarnya, sedang ingatannya mempunyai keistimewaan dalam segi menghafal dan menyimpan. Didengarya, ditampungnya lalu terpatri dalam ingatannya hingga dihafalkannya, hampir tak pemah ia melupakan satu kata atau satu huruf pun dari apa yang telah didengarnya, sekalipun usia bertambah dan masa pun telah berganti-ganti. Oleh karena itulah, ia telah mewakafkan hidupnya untuk lebih banyak mendampingi Rasulullah sehingga termasuk yang terbanyak menerima dan menghafal Hadits, serta meriwayatkannya.
Sewaktu datang masa pemalsu-pemalsu hadits yang dengan sengaja membikin hadits-hadits bohong dan palsu, seolah-olah berasal dari Rasulullah saw mereka memperalat nama Abu Hurairah dan menyalahgunakan ketenarannya dalam meriwayatkan Hadits dari Nabi saw , hingga sering mereka mengeluarkan sebuah "hadits", dengan menggunakan kata-kata: -- "Berkata Abu Hurairah... "
Dengan perbuatan ini hampir-hampir mereka menyebabkan ketenaran Abu Hurairah dan kedudukannya selaku penyampai Hadits dari Nabi saw menjadi lamunan keragu-raguan dan tanda tanya, kalaulah tidak ada usaha dengan susah payah dan ketekunan yang luar biasa, serta banyak waktu yang telah di habiskan oleh tokoh-tokoh utama para ulama Hadits yang telah membaktikan hidup mereka untuk berhidmat kepada Hadits Nabi dan menyingkirkan setiap tambahan yang dimasukkan ke dalamnya.
Di sana Abu Hurairah berhasil lolos dari jaringan kepalsuan dan penambahan-penambahan yang sengaja hendak diselundupkan oleh kaum perusak ke dalam Islam, dengan mengkambing hitamkan Abu Hurairah dan membebankan dosa dan kejahatan mereka kepadanya.
Setiap anda mendengar muballigh atau penceramah atau khatib Jum'at mengatakan kalimat yang mengesankan dari Abu Hurairah r.a berkata ia, telah bersabda Rasulullah saw.." Saya katakan ketika anda mendengar nama ini dalam rangkaian kata tersebut, dan ketika anda banyak menjumpainya, yah banyak sekali dalam kitab-kitab Hadits, sirah, fiqih serta kitab-kitab Agama pada umumnya, maka diketahuilah bahwa anda sedang menemui suatu pribadi, antara sekian banyak pribadi yang paling gemar bergaul dengan Rasulullah dan mendengarkan sabdanya. Karena itulah perbendaharaannya yang menakjubkan dalam hal Hadits dan pengarahan-pengarahan penuh hikmat yang dihafalkannya dari Nabi saw jarang diperoleh bandingannya. Dan dengan bakat pemberian Tuhan yang dipunyainya beserta perbendaharaan Hadits tersebut, Abu Hurairah merupakan salah seorang paling mampu membawa anda ke hari-hari kehidupan Rasulullah saw beserta para sahabatnya dan membawa anda berkeliling, asal anda beriman teguh dan berjiwa siaga, mengitari pelosok dan berbagai ufuk yang membuktikan kehebatan Muhammad saw beserta shahabat-shahabatnya itu dan memberikan makna kepada kehidupan ini dan memimpinnya ke arah kesadaran dan pikiran sehat. Dan bila garis-garis yang anda hadapi ini telah menggerakkan kerinduan anda untuk mengetahui lebih dalam tentang Abu Hurairah dan mendengarkan beritanya, maka silakan anda memenuhi keinginan anda tersebut.
Ia adalah salah seorang yang menerima pantulan revolusi Islam, dengan segala perubahan mengagumkan yang diciptakannya. Dari orang upahan menjadi induk semang atau majikan.
Dari seorang yang terlunta-lunta di tengah-tengah lautan manusia, menjadi imam dan ikutan! Dan dari seorang yang sujud di hadapan batu-batu yang disusun, menjadi orang yang beriman kepada Allah yang Maha Esa lagi Maha Perkasa. Inilah dia sekarang bercerita dan berkata: "Aku dibesarkan dalam keadaan yatim, dan pergi hijrah dalam keadaan miskin. Aku menerima upah sebagai pembantu pada Busrah binti Ghazwan demi untuk mengisi perutku! Akulah yang melayani keluarga itu bila mereka sedang menetap dan menuntun binatang tunggangannya bila sedang bepergian. Sekarang inilah aku, Allah telah menikahkanku dengan putri Busrah, maka segala puji bagi Allah yang telah menjadikan Agama ini tiang penegak, dan menjadikan Abu Hurairah ikutan ummat.!"
Islamnya Abu Hurairah
Dibanding Nabi, umurnya lebih muda sekitar 30 tahun. Dia lahir di Daus, sebuah desa miskin di padang pasir Yaman. Hidup di tengah kabilah Azad, ia sudah yatim sejak kecil, yang membantu ibunya menjadi penggembala kambing.
Ia datang kepada Nabi saw di tahun yang ke tujuh Hijrah sewaktu beliau berada di Khaibar ia memeluk Islam karena dorongan kecintaan dan kerinduan. Dan semenjak ia bertemu dengan Nabi Saw; dan berbai'at kepadanya, hampir-hampir ia tidak berpisah lagi daripadanya kecuali pada saat-saat waktu tidur . Begitulah berjalan selama masa empat tahun yang dilaluinya bersama Rasulullah saw yakni sejak ia masuk islam sampai wafatnya Nabi, pergi ke sisi Yang Maha Tinggi. Kita katakan: "Waktu yang empat tahun itu tak ubahnya bagai suatu usia manusia yang panjang lebar, penuh dengan segala yang baik, dari perkataan, sampai kepada perbuatan dan pendengaran!'
Dengan fitrahnya yang kuat, Abu Hurairah mendapat kesempatan yang besar yang memungkinkannya untuk memainkan peranan penting dalam berbakti kepada Agama Allah.
Pahlawan perang dikalangan shahabat, banyak. Ahli fiqih, juru da'wah dan para guru juga tidak sedikit. Tetapi lingkungan dan masyarakat memerlukan tulisan dan penulis. Di masa itu golongan manusia pada umumnya,jadi bukan hanya terbatas pada bangsa Arab saja, tidak mementingkan tulis menulis. Dan tulis menulis itu belum Lagi merupakan bukti kemajuan di masyarakat manapun.
Bahkan Eropah sendiri juga demikian keadaannya sejak kurun waktu yang belum lama ini. Kebanyakan dari raja-rajnya, tidak terkecuali Charlemagne sebagai tokoh utamanya, adalah orang-orang yang buta huruf, tak tahu tulis baca, padahal menurut ukuran masa itu, mereka memiIiki kecerdasan dan kemampuan besar.
Kembali kita pada pembicaraan bermula untuk melihat Abu Hurairah, bagaimana ia dengan fitrahnya dapat menyelami kebutuhan masyarakat baru yang dibangun oleh Islam, yaitu kebutuhan akan orang-orang yang dapat melihat dan memelihara peninggalan dan ajaran-ajarannya. Pada waktu itu memang para shahabat yang mampu menulis, tetapi jumlah mereka sedikit sekali, apalagi sebagiannya tak mempunyai kesempatan untuk mencatat Hadits-hadits yang diucapkan oleh Rasul.
Sebenarnya Abu Hurairah bukanlah seorang penulis, ia hanya seorang ahli hafal yang mahir, di samping memiliki kesempata atau mampu mengadakan kesempatan yang diperlukan itu, karena ia tak punya tanah yang akan digarap, dan tidak punya perniagaan yang akan diurus.
Ia pun menyadari bahwa dirinya termasuk orang yang masuk Islam belakangan, maka ia bertekad untuk mengejar ketinggalannya, dengan cara mengikuti Rasul terus menerus dan secara tetap menyertai majlisnya. Kemudian disadarinya pula adanya bakat pemberian Allah ini pada dirinya, berupa daya ingatannya yang luas dan kuat, serta semakin bertambah kuat, tajam dan luas lagi dengan do'a Rasul "", agar pemilik bakat ini diberi Allah berkat.
Ia menyiapkan dirinya dan menggunakan bakat dan kemampuan karunia Ilahi untuk memikul tanggung jawab dan memelihara peninggalan yang sangat penting ini dan mewariskannya kepada generasi kemudian.
Abu Hurairah bukan tegolong dalam barisan penulis, tetapi sebagaimana telah kita utarakan, ia adalahseorang yang terampil menghafal lagi kuat ingatan. Karena ia tak punya tanah yang akan ditanami atau perniagaan yang akan menyibukkannya, ia tidak berpisah hengan Rasul, baik dalam perjalanan maupun di kala menetap.
Begitulah ia mempermahir dirinya dan ketajaman daya ingatnya untuk menghafal Hadits-hadits Rasulullah saw dan pengarahannya. Sewaktu Rasul telah pulang ke Rafikul'Ala (wafat), Abu Hurairah terus-menerus menyampaikan hadits-hadits, yang menyebabkan sebagian shahabatnya merasa heran sambil bertanya-tanya di dalam hati, dari mana datangnya hadits-hadits ini, kapan didengarya dan diendapkannya dalam ingatannya.
Abu Hurairah telah memberikan penjelasan untuk menghilangkan kecurigaan ini, dan menghapus keragu-raguan yang menulari putra shahabatnya, maka katanya: "Tuan-tuan telah mengatakan bahwa Abu Hurairah banyak sekali mengeluarkan hadits dari Nabi saw. Dan tuan-tuan katakan pula orang-orang Muhajirin yang lebih dahulu daripadanya masuk Islam, tak ada menceritakan hadits-hadits itu? Ketahuilah, bahwa shahabat-sahahabatku orang-orang Muhajirin itu, sibuk dengan perdagangan mereka di pasar-pasar, sedang shahabat-shahabatku orang-orang Anshar sibuk degan tanah pertanian mereka. Sedang aku adalah seorang miskin, yang paling banyak menyertai majlis Rasulullah, maka aku hadir sewaktu yang lain absen. Dan aku selalu ingat seandainya mereka lupa karena kesibukan.
Dan Nabi saw pernah berbicara kepada kami di suatu hari, kata beliau: "Siapa yang membentangkan sorbannya hingga selesai pembicraanku, kemudian ia meraihnya ke dirinya, maka ia takkan terlupa akan suatu pun dari apa yang telah didengarya dari padaku!"
Maka kuhamparkan kainku, lalu beliau berbicara kepadaku, kemudian kuraih kain itu ke diriku, dan demi Allah, tak ada suatu pun yang terlupa bagiku dari apa yang telah kudengar daripadanya! Demi Allah kalau tidaklah karena adanya ayat di dalam Kitabullah niscaya tidak akan kukabarkan kepada kalian sedikit jua pun! Ayat itu ialah:
"Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa-apa yang telah kami turunkan berupa keterangan-keterangan dan petunjuk, sesudah Kami nyatakan kepada manusia di dalam Kitab mereka itulah yang dikutuk oleh Allah dan dikutuk oleh para pengutuk (Malaikat-malaikat) !"
Demikianlah Abu Hurairah menjelaskan rahasia kenapa hanya ia seorang diri yang banyak mengeluarkan riwayat dari Rasulullah saw. Yang pertama: karena ia melowongkan waktu untuk menyertai Nabi lebih banyak dari para shahabat lainnya.
Kedua, karena ia memiliki daya ingatan yang kuat, yang telah diberi berkat oleh Rasul, hingga ia jadi semakin kuat. Ketiga, ia menceritakannya bukan karena ia gemar bercerita, tetapi karena keyakinan bahwa menyebarluaskan hadits-hadits ini, merupakan tanggung jawabnya terhadap Agama dan hidupnya. Kalau tidak dilakukannya berarti ia menyembunyikan kebaikan dan haq, dan termasuk orang yang lalai yang sudah tentu akan menerima hukuman kelalaiannya!
Oleh sebab itulah ia harus saja memberitakan, tak suatupun yang menghalanginya dan tak seorang pun boleh melarangnya, hingga pada suatu hari Amirul Mu'minin Umar berkata kepadanya: "Hendaklah kamu hentikan menyampaikan berita dari Rasulullah! Bila tidak, maka akan kukembalikan kau ke tanah Daus. !" (yaitu tanah kaum dan keluarganya).
Tetapi larangan ini tidaklah mengandung suatu tuduhan bagi Abu Hurairah, hanyalah sebagai pengukuhan dari suatu pandangan yang dianut oleh Umar, yaitu agar orang-orang Islam dalam jangka waktu tersebut, tidak membaca dan menghafalkan yang lain, kecuali Al-Quran sampai ia melekat dan mantap dalam hati sanubari dan pikiran.
Al-Quran adalah kitab suci Islam, Undang-undang Dasar dan kamus lengkapnya dan terlalu banyaknya cerita tentang Rasulullah saw teristimewa lagi pada tahun-tahun menyusul wafatnya Nabi saw, saat sedang dihimpunnya Al-Quran, dapat menyebabkan kesimpangsiuran dan campur-baur yang tidak berguna dan tak perlu terjadi!
Oleh karena ini, Umar berpesan: "Sibukkanlah dirimu dengan Al-Quran karena dia adalah kalam Allah." Dan katanya lagi: "Kurangilah olehmu meriwayatkan perihal Rasulullah kecuali yang mengenai amal perbuatannya!"
Dan sewaktu beliau mngutus Abu Musa al-Asy'ari ke Irak ia berpesan kepadanya: "Sesungguhnya anda akan mendatangi suatu kaum yang dalam mesjid mereka terdengar bacaan Al-Quran seperti suara lebah. maka biarkanlah seperti itu dan jangan anda bimbangkan mereka dengan hadits-hadits, dan aku menjadi pendukung anda dalam hal ini!"
Al-Qur'an sudah dihimpun dengan jalan yang sangat cermat, hingga terjamin keasliannya tanpa dirembesi oleh hal-hal lainnya. Adapun hadits, maka Umar tidak dapat menjamin bebasnya dari pemalsuan atau perubahan atau diambilnya sebagai alat untuk mengada-ada terhadap Rasulullah SAW dan merugikan Agama Islam.
Abu Hurairah menghargai pandangan Umar, tetapi ia juga percaya terhadap dirinya dan teguh memenuhi amanat, hingga ia tak hendak menyembunyikan suatu pun dari Hadits dan ilmu selama diyakininya bahwa menyembunyikannya adalah dosa dan kejahatan.
Demikianlah, setiap ada kesempatan untuk menumpahkan isi dadanya berupa Hadits yang pernah didengar dan ditangkapnya tetap saja disampaikan dan dikatakannya.
Hanya terdapat pula suatu hal yang merisaukan, yang menimbulkan kesulitan bagi Abu Hurairah ini, karena seringnya ia bercerita dan banyaknya Haditsnya yaitu adanya tukang hadits yang lain yang menyebarkan Hadits-hadits dari Rasul saw dengan menambah-nambah dan melebih-lebihkan hingga para shahabat tidak merasa puas terhadap sebagian besar dari Hadits-haditsnya. Orang itu namanya Ka'ab al-Ahbaar, seorang Yahudi yang masuk Islam.
Pada suatu hari Marwan bin Hakam bermaksud menguji kemampuan menghafal dari Abu Hurairah. Maka dipanggilnya ia dan dibawanya duduk bersamanya, lalu dimintanya untuk mengabarkan hadits-hadits dari Rasulullah saw. Sementara itu disuruhnya penulisnya menuliskan apa yang diceritakan Abu Hurairah dari balik dinding. Sesudah berlalu satu tahun, dipanggilnya Abu Hurairah kembali dan dimintanya membacakan lagi Hadits-hadits yang dulu itu yang telah ditulis sekretarisnya. Ternyata tak ada yang terlupa oleh Abu Hurairah walau sepatah kata pun!
Ia berkata tentang dirinya, -- "Tak ada seorang pun dari sahabat-sahabat Rasul yang lebih banyak menghafal Hadits dari padaku, kecuali Abdullah bin 'Amr bin 'Ash, karena ia pandai menuliskannya sedang aku tidak." Dan Imam Syafi'i mengemukakan pula pendapatnya tentang Abu Hurairah: -- "la seorang yang paling banyak hafal di antara seluruh perawi Hadits sesamanya." Sementara Imam Bukhari menyatakan pula: --"Ada delapan ratus orang atau lebih dari shahabat tabi'in dan ahli ilmu yang meriwayatkan Hadits dari Abu Hurairah."
Demikianlah Abu Hurairah tak ubah bagai suatu perpustakaan besar yang telah ditaqdirkan kelestarian dan keabadiannya.
Abu Hurairah termasuk orang ahli ibadat yang mendekatkan diri kepada Allah, selalu melakukan ibadat bersama isterinya dan anak-anaknya semalam-malaman secara bergiliran; mula-mula ia berjaga sambil shalat sepertiga malam kemudian dilanjutkan oleh isterinya sepertiga malam dan sepertiganya lagi dimanfaatkan oleh puterinya. Dengan demikian, tak ada satu saat pun yang berlalu setiap malam di rumah Abu Hurairah, melainkan berlangsung di sana ibadat, dzikir dan shalat!
Ibunda Abu Hurairah Masuk Islam
Semenjak ia menganut Islam tak ada yang memberatkan dan menekan perasaan Abu Hurairah dari berbagai persoalan hidupnya ini, kecuali satu masalah yang hampir menyebabkannya tak dapat memejamkan mata. Masalah itu ialah mengenai ibunya, karena waktu itu ia menolak untuk masuk Islam. Bukan hanya sampai di sana saja, bahkan ia menyakitkan perasaannya dengan menjelek-jelekkan Rasulullah di depannya.
Pada suatu hari ibunya itu kembali mengeluarkan kata-kata yang menyakitkan bagi Abu Hurairah tentang Rasulullah saw, hingga ia tak dapat menahan tangisnya dikarenakan sedihnya, lalu ia pergi ke mesjid Rasul. Marilah kita dengarkan ia menceritakan lanjutan berita kejadian itu sebagai berikut:
Sambil menangis aku datang kepada Rasulullah, lalu kataku: --''Ya Rasulallah, aku telah meminta ibuku masuk Islam, Ajaranku itu ditolaknya, dan hari ini aku pun baru saja, memintanya masuk Islam. Sebagai jawaban ia malah mengeluarkan kata-kata yang tak kusukai terhadap diri Anda. Karenanya mohon anda do'akan kepada Allah kiranya ibuku itu ditunjuki-Nya kepada Islam.."
Maka Rasulullah saw berdo'a: "Ya Allah tunjukilah ibu Abu Hurairah!"
Aku pun berlari mendapatkan ibuku untuk menyampaikan kabar gembira tentang do'a Rasulullah itu. Sewaktu sampai di muka pintu, kudapati pintu itu terkunci. Dari luar kedengaran bunyi gemercik air, dan suara ibu memanggilku: "Hai Abu Hurairah, tunggulah ditempatmu itu!"
Di waktu ibu keluar ia memakai baju kurungnya, dan membalutkan selendangnya sambil mengucapkan: "Asyhadu alla ilaha illallah, wa asyhadu anna Muhammadan 'abduhu wa Rasuluh."
Aku pun segera berlari menemui Rasulullah saw sambil menangis karena gembira, sebagaimana dahulu aku menangis karena berduka, dan kataku padanya: "Kusampaikan kabar suka ya Rasulallah, bahwa Allah telah mengabulkan do'a anda, Allah telah menunjuki ibuku ke dalam Islam." Kemudian kataku pula: "Ya Rasulallah, mohon anda do'akan kepada Allah, agar aku dan ibuku dikasihi oleh orang-orang Mu'min, baik laki-laki maupun perempuan!" Maka Rasul berdo'a: "Ya Allah, mohon engkau jadikan hambu-Mu ini beserta ibunya dikasihi oleh sekalian orang-orang Mumin, laki-laki dan perempuan!"
Akrab Dengan Kemiskinan
Karena keinginannya memusatkan perhatian untuk menyertai Rasul saw ia pernah menderita kepedihan lapar yang jarang diderita orang lain. Dan pernah ia menceritakan kepada kita bagaimana rasa lapar telah menggigit-gigit perutnya, maka diikatkannya batu dengan surbannya ke perutnya dan ditekannya ulu hatinya dengan kedua tangannya, lalu terjatuhlah ia di mesjid rambil menggeliat-geliat kesakitan hingga sebagian sahabat menyangkanya ayan, padahal sama sekali bukan!
Suatu kali, dengan masih mengikatkan batu ke perutnya, dia duduk di pinggir jalan, tempat orang biasanya berlalu lalang. Dilihatnya Abu Bakr melintas. Lalu dia minta dibacakan satu ayat Al-Quran. "Aku bertanya begitu supaya dia mengajakku ikut, memberiku pekerjaan," tutur Abu Hurairah. Tapi Abu Bakr cuma membacakan ayat, lantas berlalu.
Dilihatnya Umar ibn Khattab. "Tolong ajari aku ayat Al-Quran," kata Abu Hurairah. Kembali ia harus menelan ludah kekecewaan karena Umar berbuat hal yang sama.
Tak lama kemudian Nabi lewat. Nabi tersenyum. "Beliau tahu apa isi hati saya. Beliau bisa membaca raut muka saya secara tepat," tutur Abu Hurairah.
"Ya Aba Hurairah!" panggil Nabi.
"Labbaik, ya Rasulullah!"
"Ikutlah aku!"
Beliau mengajak Abu Hurairah ke rumahnya. Di dalam rumah didapati sebaskom susu. "Dari mana susu ini?" tanya Rasulullah. Beliau diberi tahu bahwa seseorang telah memberikan susu itu.
"Ya Aba Hurairah!"
"Labbaik, Ya Rasulullah!"
"Tolong panggilkan ahli shuffah," kata Nabi. Susu tadi lalu dibagikan kepada ahli shuffah, termasuk Abu Hurairah. Sejak itulah, Abu Hurairah mengabdi kepada Rasulullah, bergabung dengan ahli shuffah di pondokan masjid.
Sepulang dari Perang Khaibar, Nabi melakukan perluasan terhadap Masjid Nabawi, yaitu ke arah barat dengan menambah tiga pilar lagi. Abu Hurairah terlibat pula dalam renovasi ini. Ketika dilihatnya Nabi turut mengangkat batu, ia meminta agar beliau menyerahkan batu itu kepadanya. Nabi menolak seraya bersabda, "Tiada kehidupan sebenarnya, melainkan kehidupan akhirat."
Dari Buruh Menjadi Majikan
Abu Hurairah sangat mencintai Nabi. Sampai-sampai dia memilih dipukul Nabi karena melakukan kekeliruan ketimbang mendapatkan makanan yang enak. "Karena Nabi menjanjikan akan memberi syafaat kepada orang yang pernah merasa disakitinya secara sengaja atau tidak," katanya.
Begitu cintanya kepada Rasulullah sehingga siapa pun yang dicintai Nabi, ia ikut mencintainya. Misalnya, ia suka mencium Hasan dan Husain, karena melihat Rasulullah mencium kedua cucunya itu.
Ada cerita menarik menyangkut kehidupan Abu Hurairah dan masyarakat Islam zaman itu. Meski Abu Hurairah seorang papa, boleh dibilang tuna wisma, salah seorang majikannya yang lumayan kaya menikahkan putrinya, Bisrah binti Gazwan, dengan lelaki itu. Ini menunjukkan betapa Islam telah mengubah persepsi orang dari membedakan kelas kepada persamaan. Abu Hurairah dipandang mulia karena kealiman dan kesalihannya. Perilaku islami telah memuliakannya, lebih dari kemuliaan pada masa jahiliah yang memandang kebangsawanan dan kekayaan sebagai ukuran kemuliaan.
Sejak menikah, Abu Hurairah membagi malamnya atas tiga bagian: untuk membaca Al-Quran, untuk tidur dan keluarga, dan untuk mengulang-ulang hadis. Ia dan keluarganya meskipun kemudian menjadi orang berada tetap hidup sederhana. Ia suka bersedekah, menjamu tamu, bahkan menyedekahkan rumahnya di Madinah untuk pembantu-pembantunya.
Tugas penting pernah diembannya dari Rasulullah. Yaitu ketika ia bersama Al-Ala ibn Abdillah Al-Hadrami diutus berdakwah ke Bahrain. Belakangan, ia juga bersama Quddamah diutus menarik jizyah (pajak) ke Bahrain, sambil membawa surat ke Amir Al-Munzir ibn Sawa At-Tamimi.
Abu Hurairah, Amir Bahrain
Abu Hurairah hidup sebagai seorang ahli ibadah dan seorang mujahid, tak pernah ia ketinggalan dalam perang, dan tidak pula dari ibadat. Di zaman Umar bin Khatthab ia diangkat sebagai Amir untuk daerah Bahrain, sedang Umar sebagaimana kita ketahui adalah seorang yang sangat keras dan teliti terhadap pejabat-pejabat yang diangkatnya. Apabila ia mengangkat seseorang sedang ia mempunyai dua pasang pakaian maka sewaktu meninggalkan jabatannya nanti haruslah orang itu hanya mempunyai dua pasang pakaian juga. malah lebih utama kalau ia hanya memiliki satu pasang saja! Apabila waktu meninggalkan jabatan itu terdapat tanda-tanda kekayaan, maka ia takkan luput dari interogasi Umar, sekalipun kekayaan itu berasal dari jalan halal yang dibolehkan syara'! Suatu dunia lain, yang diisi oleh Umar dengan hal-hal luar biasa dan mengagumkan. Rupanya sewaktu Abu Hurairah memangku jabatan sebagai kepala daerah Bahrain ia telah menyimpan harta yang berasal dari sumber yang halal. Hal ini diketahui oleh Umar, maka iapun dipanggilnya datang ke Madinah. Dan mari kita dengarkan Abu Hurairah, memaparkan soal jawab ketus yang berlangsung antaranya dengan Amirul Mu'minin Umar: -- Kata Umar: - "Hai musuh Allah dan musuh kitab-Nya, apa engkau telah mencuri harta Allah?' Jawabku; "Aku bukan musuh Allah dan tidak pula musuh kitab-Nya, hanya aku menjadi musuh orang yang memusuhi keduanya dan aku bukanlah orang yang mencuri harta Allah!'- Dari mana kau peroleh sepuluh ribu itu? -- Kuda kepunyaanku beranak-pinak dan pemberian orang berdatangan. Kembalikan harta itu ke perbendaharaan negara (baitul maal)!
Abu Hurairah menyerahkan hartanya itu kepada Umar, kemudian ia mengangkat tangannya ke arah langit sambil berdo'a: "Ya Allah, ampunilah Amirul Mu'minin."
Tak selang beberapa lamanya. Umar memanggil Abu Hurairah kembali dan menawarkan jabatan kepadanya di wilayah baru. Tapi ditolaknya dan dimintanya maaf karena tak dapat menerimanya. Kata Umar kepadanya: -- "Kenapa, apa sebabnya?"
Abu Hurairah mengemukakan lima alasan, "Agar kehormatanku tidak sampai tercela, hartaku tidak dirampas, punggungku tidak dipukul, aku takut menghukum tanpa ilmu, dan bicara tanpa belas kasih!" Ia memilih tinggal di Madinah, menjadi warga biasa yang memperlihatkan kesetiaan kepada Umar, dan para pemimpin sesudahnya.
Tatkala kediaman Amirul Mukminin Ustman ibn Affan dikepung pemberontak, dalam peristiwa yang dikenal sebagai al-fitnatul kubra (bencana besar), Abu Hurairah bersama 700 orang Muhajirin dan Anshar tampil mengawal rumah tersebut. Meski dalam posisi siap tempur, Khalifah melarang pengikut setianya itu memerangi kaum pemberontak.
Pada masa Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib, Abu Hurairah ditawari menjadi gubernur di Madinah. Ia menolak. Ketika terjadi pertemuan antara Khalifah Ali dan lawannya, Muawiyah ibn Abi Sufyan, ia bersikap netral dan menghindari fitnah. Sampai kemudian Muawiyah berkuasa, Abu Hurairah bersedia menjadi gubernur di Madinah. Tapi versi lain mengatakan, Marwan ibn Hakamlah yang menunjuk Abu Hurairah sebagai pembantunya di kantor gebernuran Madinah.
Akhir Hayat Abu Hurairah
Pada suatu hari sangatlah rindu Abu Hurairah hendak bertemu dengan Allah. Selagi orang-orang yang mengunjunginya mendo'akannya cepat sembuh dari sakitnya, ia sendiri berulang-ulang memohon kepada Allah dengan berkata: "Ya Allah, sesungguhnya aku telah sangat rindu hendak bertemu dengan-Mu. Semoga Engkau pun demikian!" Di Kota Penuh Cahaya (Al-Madinatul Munawwarah), ia mengembuskan nafas terakhir pada 57 atau 58 H. (676-678 M.) dalam usia 78 tahun. Meninggalkan warisan yang sangat berharga, yakni hadis-hadis Nabi, bak butiran-butiran ratna mutu manikam, yang jumlahnya 5.374 hadis.
Di sekeliling orang-orang shaleh penghuni pandam pekuburan Baqi', di tempat yang beroleh berkah, di sanalah jasadnya dibaringkan! Dan sementara orang-orang yang mengiringkan jenazahnya kembali dari pekuburan, mulut dan lidah mereka tiada henti-hentinya membaca Hadits yang disampaikan Abu Hurairah kepada mereka dari Rasul yang mulia.

BERHENTILAH MENJADI GELAS

BERHENTILAH MENJADI GELAS


Seorang Guru Sufi mendatangi  seorang Muridnya,  ketika wajahnya belakangan ini selalu tampak murung:
kenapa kau selalu murung nak….? Bukankah banyak hal indah didunia ini,kemana wajah bersyukurmu?
Sang Guru bertanya.
Guru …belakangan ini hidup saya penuh masalah,sulit bagi saya untuk tersenyum, masalah datang seperti tak ada  habisnya jawab Sang Murid Muda.
Sang guru terkekeh-kekek,Nak…! Ambil segelas air dan dua genggam garam, bawalah kemari,biar kuperbaiki suasana hatimu itu.
Simuridpun beranjak pelan tampak semangat,ia laksanakan permintaan gurunya itu,lalu kembali lagi membawa gelas dan garam sebagaimna yang diminta,coba ambil segegam garam dan masukan kegelas air itu,kata sang guru.setelah itu  coba kau minum airnya sedikit,simuridpun melakukannya ,wajahnya kini meringis karena meminum air asin,bagimana rasanya Tanya sang guru.
Asin dan perutku jadi mual,jawab sik murid dengan wajah yang masih meringis ,Sang Guru terkekeh-kekeh melihat wajah muridnya yang beringis keasinan.
Sekarang kau ikut aku,Sang Guru membawa Muridnya kedanau didekat tempat mereka.ambil garam yang tersisa dan tebarkan kedanau.simurid menebarkan segegam garam yang terisisa kedanau tampa berbicara,rasa asin dimulutnya belum hilang,ia ingin meludahkan rasa asin dari dimulutnya, tapi tak dilakukannya,rasanya tak sopan meludah didepan Mursyid,begitu pikirnya
Sekarang coba kau minum air danau itu,kata Sang Guru sambil mencari batu yang datar untuk tempat didudukinya tepat dipinggir danau.
Simurid melangkupkan kedua tangannya mengambil air danau,membawa kemulutnya,lalu meneguknya,ketika air danau yang dingin dan segar mengalir ditenggorokanya, Sang Guru bertanya kepadanya,bagaimana rasanya? .segar….segar  sekali kata sang Murid mengelap bibir dengan punggung tanganya,tentu saja danau ini berasal dari aliran sumber air diatas sana,dan airnya mengalir menjadi sungai kecil dibawah,dan sudah pasti air danau ini menghilangkan rasa asin yang terisisa dimulutnya,terasakah rasa  garam yang kau tebarkan tadi,tidak sama sekali,kata simurid sambil mengambil air dan meminumnya lagi,Sang Guru hanya tersenyum memperhatikannya ,membiarkan  muridnya meminum air danau sampai puas,nak kata Sang Guru setelah Muridnya selesai minum.segala masalah dalam hidup itu seperti segegam garam tidak kurang tidak lebih,hanya segegam garam,banyaknya masalah dari penderitaan  yang harus kau alami sepanjang kehidupanmu itu sudah  ditentukan oleh Allah,sesuai untuk dirimu ,jumlahnya tetap ,segitu-gitu saja tidak berkurang tidak bertambah,setiap  manusia yang lahir kedunia inipun demikian,tidak ada satupun manusia walaupun seorang Nabi yang bebas dari penderitaan dan masalah ,si murid terdiam mendengarkan,tapi Nak….!rasa asin dari penderitaan yang dialami itu sangat tergantung dari  besarnya kolbu yang menampungnya,jadi nak supaya tidak merasa menderita, berhentilah jadi gelas, jadikan kolbu dalam adamu itu sebesar danau.karena allah tidak mungkin membebani hambanya diluar batasan kemampuanya..
Dari cerita Sang Guru Sufi tersebut,kita bisa mengambil banyak pelajaran dan ibrah darinya,karena kita diajarkan didalam hidup ini untuk lapang dada,bijaksana dan arip didalam menyikapi masalah-masalah yang menimpa kita,baik barupa penderitaan ataupun berupa kesenangan.kita diajarkan didalam hidup obyektip didalam menilai penomena yang terjadi disekitar kita,karena Allah telah  menentukan semua qada’ dan qadarnya,jadi dalam menyikapi hidup kita jangan panik,stress dan pesimis ketika Allah memberikan musibah yang tidak kita inginkan,karena mustahil Allah menimpakan kesulitan tampa ada jalan keluarnya,yakinlah wahai saudara-saudaraku setiap ada kesulitan pasti ada jalan keluarnya ,karena Allah tidak membebani hambanya diluar batas kemampuannya .
Ketahuilah ketidak-damaian hati kita ,terutama bersumber dari tidak utuhnya pengertian  bahwa kita sedang tumbuh melalui kesulitan ,tapi,kita lebih peka mengenali kesulitan dari pada kemudahan kita lebih cepat mengeluh daripada mensyukuri datangnya jalan menuju kemudahan ,datangnya kesulitan adalah perintah untuk menemukan kemudahan.
jadi ketika musibah menimpa kita, nikmati aja,karena tampa dinikmatipun tetap akan tertimpa juga,dan tampa tersenyumpun  musibah akan mendatangi kita,jadi tersenyumlah ketika musibah menimpa kita,maksudnya bukan berarti kita senang  ketika musibah  menimpa kita,dan tidak mencari solusinya,itu tidak benar,tapi kita belajar bagaimana menikmatnya,karena semua ujian dan cobaan yang menimpa kita datang dari Allah semata dan juga kita belajar  menjadi orang ridho dan Ikhlas atas qada dan qadarnya.karena semua nikmat atau ujian dari Allah semata ,dan Allah ingin membuktikan iman dan keikhlasan kita ,apa kita ridho dan ikhlas tidak,atas semua ujianya,karena manusia biasanya senang dan bersyukur ketika Allah memberikan kebahagiannya kepadanya,tapi kita ketika musibah  menimpanya, kita berpaling dan menjauh darinya.jadi solusinya  ketika Allah memberikan kita kesengan supaya tidak melampui batas dan lupa daratan dan ketika allah memberikan musibah supaya kita tidak berpaling darinya dan juga supaya hati kita tenang,tentram dan damai ketika cobaan menimpa kita .salah satu caranya bersyukur,ridho,ikhlas ,menikmati, tersenyum dan melihat orang yang lebih menderita dari kita,dan juga ketika kesengan menimpa kita bersikaplah sewajarnya ,maksudnya jangan sampai lupa diri,karena ketahuilah didepanmu ada penderitaan yang akan menimpamu,dan ketika allah mengujimu dengan musibah berupa kesedihan ,maka tersenyumlah dan bersikaplah optimis ,karena didepanmu akan datang kegembiraan .jangan berkeluh kesah,dan pesimis karena semua hal tersebut menambah penderitaan,kesedihanmu dan menghilangan semangat hidup untuk meraih hidup yang lebih baik dari sekarang.maka berusaha dengan sabar  untuk mencari solusinya serta diiringi doa,lalu setelah itu bertawakkal-lah kepada Allah.Yakinlah semua kusulitan ada jalan keluarnya ,jangan bersedih karena  Allah selalu bersama kita.
                                                                                                                                                           By:Khairul

Hening dan Sebuah Bisikan

Written By Unknown on Saturday, October 5, 2013 | 12:00 AM

                                     Hening dan Sebuah Bisikan

Matahari masih malu menampakkan wajahnya. Gumpalan awan masih terlihat sedikit gelap namun riakan cahaya merah kekuningan berpendar dari setiap sisi sayapnya, membuatnya terlihat begitu damai dalam agungnya keindahan sang warna. Tetapi indahnya awan itu tidak sedikitpun membuatku merasa terhibur. Bahkan aku merasa jika ia dan matahari itu sedang menertawakanku. Mungkin matahari itu tidak berani menampakkan dirinya karena takut jika aku akan melihat langsung bagaimana merekahnya senyum sinis yang ia sunggingkan padaku, karena itu ia menjadikan gumpalan awan itu sebagai kambing hitam atas keburukan sifatnya. Mungkin gumpalan awan itu juga tahu jika ia sedang dimanfaatkan  oleh sang matahari, tetapi tidak berani menolak karena takut jika matahari tidak ingin lagi memberikannya pendaran cahaya yang menjadikannya agung dalam keindahan. Takut kehilangan penggemar dari seluruh pasang mata di dunia. Menyebalkan.
Bagaimanapun pandangan mereka terhadapku, aku tidak perduli. Aku hanya memusatkan pandanganku menuju dasar tebing di mana aku berdiri tepat di ujung bibirnya. Aku tidak menikmati keindahan yang ditampilkan matahari dan gumpalan awan itu, tetapi begitu merasakan kesejukan dari sentuhan angin yang begitu lembut membelaiku. Aku merasa jika ia ingin membawaku terbang menuju tempat yang aku pun tak tahu entah di mana letaknya, membujukku dengan beberapa belaian yang sejuk. Tetapi aku tidak bisa melawan kehendak fikiranku untuk terus menatap dasar tebing curam itu.
Mungkin angin itu merasa telah gagal membujukku, sehingga ia berlalu begitu saja dari indra perasaku. Namun tidak begitu lama, aku merasakan kembali kesejukannya membelai kulitku dan kembali membujukku untuk menjauh dari ujung tebing itu. Tetapi seperti di awal tadi, aku tetap konsentrasi pada pusat tatapanku. Ia pun berlalu begitu saja. Tidak lama setelah itu, ia kembali lagi, namun aku pun tetap pada pendirianku. Ia menghilang lagi. Dan begitu seterusnya hingga aku merasa ada yang bergetar dari saku celanaku, membuyarkanku dari konsentrasi penuh pada dasar tebing dan menolak bujukan sang angin yang sedari tadi mengangguku, meski aku begitu menikmati kesejukan sentuhannya.
Sedikit enggan aku mengeluarkoan handphoneku. Sebuah panggilan dari Karta. Hah, dia lagi. Malas rasanya kuterima panggilannya. Untuk apa dia mengubungiku lagi? Jika dia hanya meminta tugas kuliah, tidak perlu dengan menelepon aku begini. Dasar Karta! Dia selalu menggangguku di saat aku sedang merasa damai sebelum aku melakukan hal apa yang selama ini menjadi kehendakku.
“Ada apa Karta? Tidak bisakah kamu menghubungiku di waktu yang lain?”
“Di waktu yang lain? Apa maksudmu? Aku hanya ingin menanyakan kabarmu, teman.”
“Aku baik-baik saja. Bahkan jauh lebih baik sebelum kamu menghubungiku. Sekarang katakan saja, apa yang kamu inginkan?”
“Baiklah. Aku hanya ingin bertanya. Begini, aku baru saja membaca sebuah buku. Di dalamnya tertulis jika orang yang mati karena bunuh diri itu tidak akan pernah diterima oleh Tuhan, dan selamanya dia akan mendapat siksa di neraka. Bagaimana menurutmu?”
“Mungkin, mungkin saja.” Aku sedikit gugup menjawab pertanyaan Karta. Aku tidak habis pikir, untuk apa dia menanyakan hal itu padaku? Apa dia sedang membodohiku? Atau mungkin dia mengetahui hal apa yang ingin aku lakukan?
“Apa maksudmu dengan mungkin saja itu?”
“Ya.. maksudku.. tunggu, untuk apa kamu bertanya seperti itu?”
“Aku hanya ingin tahu saja.”
Hah, ingin tahu? Saja? Dia menghubungiku saat ini hanya untuk mengetahui apa pendapatku? Dasar! Apa pentingnya? “Mungkin saja dia tidak akan selamanya di siksa dalam neraka. Jika dalam hidupnya ia selalu berbuat baik, mungkin Tuhan juga akan memberikan toleransi pada kesalahannya. Mungkin dengan membagi dua, atau mungkin juga dengan membagi empat dari waktu yang seharusnya ia habiskan di dalam neraka.”
“Oh, begitu. Baiklah. Terima kasih atas jawabanmu. Itu akan sangat membantuku. Satu lagi, apa kita bisa bertemu hari ini? Aku hanya ingin memastikan kebenaran jawabanmu.
“Kebenaran jawabanku? Apa maksudmu?”
“Teman, ku tunggu kamu di ujung tebing tepat di tepi pantai ya. Jangan terlambat terlalu lama”.
Belum sempat aku bertanya kembali, Karta sudah lebih dulu memutuskan koneksi pembicaraan kami. Tetapi sedikitpun aku tidak mengerti. Bagaimana bisa dia memintaku bertemu dengannya di ujung tebing, sementara saat ini aku sendiri sedang berdiri tepat di tempat yang dia maksudkan itu?
Aku sama sekali tidak ingin berpikir jika dia ingin melakukan hal yang sama seperti apa yang ingin aku lakukan saat ini. Aku ingin melakukan hal ini karena aku memiliki alasan yang tepat dan sangat akurat. Orang tuaku sama sekali tidak memperdulikanku. Mereka hanya mementingkan urusan mereka, tidak sedikitpun memperhatikanku. Lalu Linda, wanita yang selama ini selalu ku cintai telah meninggalkanku tanpa memberiku alasan yang jelas. Dan sekarang, hal apa yang dapat aku banggakan setelah orang tuaku, bahkan Linda telah begitu saja meninggalkanku? Tidak ada. Hanya ada satu hal yang dapat membantuku saat ini, hal yang bisa membawaku menghilang dari segala sakit dalam semua jeritan hatiku, BUNUH DIRI. Ya, hanya bunuh diri. Tetapi bagaimana dengan Karta? Dia memiliki keluarga yang utuh, dan masih sangat menikmati masa jomblonya setelah putus dengan kekasihnya bulan lalu. Lalu, apa mungkin dia akan melakukan hal yang sama seperti yang aku fikirkan? Bukankah kasusnya masih terlalu dini untuk melakukan sebuah pengalaman bunuh diri?
“Aku butuh bantuanmu.” Tiba-tiba saja Karta telah berada tepat di sampingku, membuatku terlonjak kaget seketika mendengar suaranya. “Aku butuh kamu untuk menjadi saksi atas kematianku. Kamu tidak boleh menolak, ini adalah permintaan terakhirku.”
“Maksudmu, kamu ingin bunuh diri? Heh, Karta. Aku sedang tidak ingin bercanda sekarang. Lebih baik kamu pulang saja dan beristirahat. Itu baik untuk kesehatan otakmu.”
“Aku sama sekali tidak bercanda. Bukankah kamu sendiri yang memberikanku solusi. Jika nanti aku mati karena bunuh diri, sebagian dari dosaku akan diampuni dan aku tidak akan berada selamanya dalam neraka, karena Tuhan akan mengasihaniku dengan membagi empat waktu penyiksaanku, karena aku selama ini telah banyak berbuat kebaikan dalam hidupku. Bukankah begitu?”
“Iya, mungkin akan seperti itu. Tetapi bagaimana jika kenyataannya sama sekali berbeda? Mungkin saja Tuhan tidak ingin memberikan toleransi atas kesalahanmu.”
“Kamu ini berbicara apa? Bukankah selama ini aku selalu mematuhi orang tuaku. Sebagai teman, aku juga selalu ada di sampingmu. Aku tidak pernah meninggalkamu di saat keadaan keluargamu sedang kacau, dan aku selalu menemaimu di saat Linda memutuskan untuk meninggalkanmu. Bukankah itu artinya aku telah berbuat banyak kebaikan dalam hidupku? Sudahlah, teman. Sekarang ini aku butuh kamu untuk diam dan hanya memperhatikan. Sekiranya setelah aku melompat nanti, dan mungkin di saat kepalaku telah hancur menyemburkan darah di bebatuan dasar tebing itu, tolong temui jasadku dan baringkan aku tepat di mana aku berdiri saat ini. Juga jangan pernah meninggalkanku setelah kamu membaringkan jasadku di sini. Biarlah nanti mereka yang datang menemui jasadku, jangan pernah membuang-buang waktumu dengan sibuk mencari mereka.”
“Aku benar-benar tidak mengerti dengan jalan pikiranmu. Tetapi, jika aku boleh tahu, apa alasanmu untuk melakukan tindakan bunuh diri ini? Karena yang aku tahu selama ini kamu baik-baik saja.”
“Orang tuaku tidak lagi memperhatikanku. Lalu kekasihku telah meninggalkanku. Memang kami telah berpisah bulan lalu, tapi aku ingin mengajaknya kembali lagi. Namun dia telah menolak. Dan sekarang, hal apa yang dapat aku banggakan setelah orang tuaku tidak lagi memperdulikanku, dan kekasihku telah memutuskan untuk menghilang dariku?”
Astaga! Aku begitu terkejut mendengar apa yang dia katakan. Bagaimana bisa kasusnya menyamai kasusku? Dan di tengah kebingunganku, Karta melangkahkan kakinya hingga setengah dari telapak kakinya telah melewati bibir tebing. Keringatku begitu deras mengalir dari kening dan seluruh pori-pori di kulitku melihatnya seperti itu.
“Tolong jangan memperhatikanku seperti itu, teman. Bukankah aku telah memiliki jaminan nanti setelah kematianku?”
“Tidak..” Tak dapat ku tahan aliran air mataku begitu deras bercampur dengan keringatku. Dia adalah teman baikku, dan aku tidak ingin jika dia melakukan hal itu. Aku hanya bisa berkata setengah berbisik padanya.
“Aku yakin, dengan aku lebih cepat bunuh diri, dosa-dosaku tidak akan bertambah banyak, dan Tuhan pun tidak akan terlalu sibuk membagi waktu penyiksaanku jika jumlah bilangan kesalahanku masih tergolong sedikit.”
“Tidak, Karta. Itu tidak seperti…”
“Tenang saja. Nanti akan ku kirimkan salam darimu kepada Tuhan, dan akan ku minta Dia untuk meringankan segala siksaanmu setelah kamu meninggal nanti. Karena kamu telah berbaik hati membantuku dalam usaha bunuh diriku ini.”
“Tidak Karta. Aku telah berbohong. Tuhan tidak akan mengampuni kesalahanmu, ataupun membagi empat dari waktu penyiksaanmu setelah kamu bunuh diri. Tuhan begitu membenci hambanya yang menghilangkan nyawa mereka dengan cara membunuh diri mereka sendiri. Semua yang aku katakan tadi adalah jawaban rekayasaku sendiri. Bagaimanapun banyaknya kebaikan yang telah kamu buat di dunia, tetap saja Tuhan tidak akan menerimamu. Segala kebaikan itu akan musnah termakan oleh dosa karena bunuh diri itu. Dan sekarang, aku mohon Karta. Tolong urungkan niatmu untuk bunuh diri itu. Jika sekarang kamu telah merasa sengsara dan sia-sia di dunia, dengan membunuh dirimu kamu akan jauh lebih sengsara dan sia-sia di akhirat nanti. Segala kebaikan yang telah kamu buat di dunia akan sangat tidak berguna. Mereka tidak akan bisa membantumu untuk merayu Tuhan agar Dia mengurangi waktu penyiksaanmu. Percaya padaku, Karta. Semuanya akan sia-sia.” Air mataku semakin deras mengalir, begitu pula dengan keringatku. Seluruh badanku telah basah semua. Bahkan rasanya seperti baru saja keluar dari kolam berenang di halaman belakang rumahku. Aku juga tidak mampu melihat bagaimana reaksi Karta setelah mendengar semua yang aku katakan tadi. Aku hanya mengucapkan semua kalimat sebagai usaha mengurungkan niat Karta tadi dengan sepenuhnya menundukkan kepala dan memejamkan kedua mataku.
Sejenak, segalanya begitu hening. Tidak ada tanda-tanda bahwa Karta menolak ataupun menerima segala yang ku ucapkan tadi. Ku coba membuka kedua mataku dan menatap ke arah di mana Karta berdiri tadi. Dan… Tegg!! Dadaku rasanya seperti baru saja terkena aliran listrik bertekanan tinggi, berdetak begitu kencang. Lebih kencang dari detakan jantung sepasang kekasih yang baru saja menjalin cinta mereka. Karta sama sekali tidak telihat di sana. Perlahan aku menatap ke dasar tebing. Namun sedikitpun tidak ada tanda bahwa dia telah melompat dari tebing. Aku tidak melihat jasadnya terkapar di sana, bahkan sedikit warna merah pun tidak terlihat. Tetapi, tiba-tiba saja aku merasa ada sesuatu yang aneh. Aku seperti mencium bau asap. Asal dari asap itu begitu dekat denganku. Kecepatan detakan jantungku telah mulai berkurang setelah mencium bau asap itu. Aku tersenyum, namun rasanya juga begitu marah dalam hatiku. Aku pun memutar balik tubuhku, dan menemukan Karta tengah menikmati hisapan rokoknya.
“Jadi, kamu mengurungkan niatmu?”
“Teman, aku sama sekali tidak pernah berniat menghabisi nyawaku sendiri. Masih banyak dari semua obsesiku yang belum aku dapatkan. Jangan mencandaiku seperti itu.”
“Maksudmu? Bukankah kamu baru saja ingin bunuh diri? Hei, Aku masih belum begitu tua untuk cepat kehilangan ingatanku.” Aku sedikit marah mendengar jawabannya. Bagaimana bisa dia bercanda setelah apa yang dia katakan dan akan dilakukan tadi, yang bisa-bisa juga membuatku kehilangan detakan jantungku.
“Baiklah, maafkan aku. Teman, apa boleh aku memintamu melakukan satu hal lagi?”
Aku sama sekali tidak menjawab pertanyaannya. Dia pasti ingin membodohiku lagi, dengan menyuruhku melakukan hal yang nantinya akan membuatnya girang bukan kepalang.
“Begini, teman. Maksud dari semua ucapan dan apa yang aku lakukan tadi, sepenuhnya ku maksudkan untukmu. Bagaimana kalau sekarang kamu bayangkan, seandainya yang ada di posisiku tadi adalah kamu, dan anggap saja aku tidak ada dalam kejadian tadi.”
“Aku tidak mengerti.” Aku melipat dahiku, sama sekali belum memahami apa yang Karta ucapkan.
Tiba-tiba saja dia memegang bahuku, dan berkata “Bayangkan jika aku adalah kamu, dan semua yang kamu katakan tadi adalah bisikan dari hati kecilmu.” Setelah mengucapkan hal itu, dia tersenyum dan berlalu begitu saja, meninggalkanku sendiri merenungi segala maksud ucapannya.
Sejenak kuputuskan menikmati keheningan itu, sendiri.



Written by M Yusri Puadi

Langit Biru di Kota Santri

Written By Unknown on Friday, October 4, 2013 | 12:00 AM

Langit Biru di Kota Santri

Guyon-guyon nakal kader pinggiran seputar birunya langit di Nahdhatul Wathan kian marak, seiring dengan maraknya sosialisasi Partai politik biru ke tubuh organisasi kemasyarakatan ini. Afiliasi organisasi NW ke partai tertentu bukan hal yang baru, tapi telah lama, barangkali sejak mulai sang pendiri menjalani tugas menjadi anggota konstituante dulu. Bukan hal yang buram, terjunnya sang pendiri seakan menjadi sunnah tasyri’yyah yang selalu ilzam hukumnya ittiba’, bila perlu ijtihad baru memilih perahu atas nama partai ini dalam menyampaikan asfirasi umat.
Asfirasi umat perlu dikawal agar mampu menggetarkan regulasi para pemimpin di negara ini. Miringnya regulasi seakan menambah daftar panjang para penyeleweng kebijakan yang tak jarang memenggal leher rakyat sendiri atas nama peraturan ini dan itu, padahal itu hanya kerjasama beberapa oknum dan atas kenikmatan individu. Ikutnya sang pendiri ke dunia politik jelas dalam rangka mengawal kebijakan pemerintah agar isu agama dengan pesan-pesan suci selalu terdengar menggaung di dewan perwakilan rakyat. Sang pendiri politikus yang selalu melihat laju politik dengan substansi keterlibatan yaitu maslahah umat bukan pribadi dan golongan. Nah, seharusnya keikutsertaan sang pendiri dalam kancah perpolitikan era itu menjadi kajian urgen di kader NW dan mendapatkan ruang bagi kader terbaik untuk memilih dan bahkan bersuara lantang tentang politik. Apakah maslahat lebih besar dari pada mudharat yang ditimbulkan ketika organisasi berafiliasi ke salah satu parpol, layaknya sang pendiri lakukan beberapa puluh tahun lalu.
Jama’ah adalah basis masa riil yang dimiliki oleh organisasi untuk menggolkan para wakil yang dipilih melalui kebijakan intern parpol tertentu yang akan menyuarakan isi hati mereka. Jama’ah organisasi ini merupakan kelompok mayoritas di Nusa Tenggara Barat dan terkanal loyal dan memiliki dedikasi yang tinggi buat organisasi, terutama ketika menyatukan persepsi arah perjuangan organisasi meraih maslahat sebanyak-banyaknya, bukan sebaliknya. Tapi apa yang terjadi, puluhan tahun organisasi berafiliasi ke parpol, tidak nampak maslahat secara signifikan buat organisasi. Bahkan fakumnya program besar organisasi terkait dengan pencerahan dan usaha mensejahterakan jama’ahnya jauh dari harapan.
Katanya” delegasi yang mewakili jama’ah NW di kancah perpolitikan berdasarkan pilihan jama’ah dan mendapatkan restu mereka”. Jama’ah yang dimaksud memunculkan spekulasi tinggi dan memunculkan banyak tanda tanya dan kemungkinan dustanya besar. Bukan hal yang baru, jama’ah selalu ditawarkan bahkan dipaksa membeli produk yang sudah kadaluarsa, jelas memudharatkan umat. Tapi bagaimana, jama’ah selalu pada posisi yang sulit dan tertekan psykologinya dalam kebebasan berkata dan bertindak, bukankah kasus pemanggilan dan pemecatan beberapa oknum kerap terjadi, dengan alasan tidak mengikuti isi kebijakan penguasa. Ataukah organisasi ini telah membuat statuta layaknya partai politik yang memecat anggotanya karena tidak mengikuti etika partai?.
Lima bahkan sepuluh tahun bukan waktu sebentar bagi para tikus itu menggerogoti perjuangan. Selama menjabat tak sedikit nama sang pendiri selalu menjadi senjata ampuh mempertahankan kuasa. Benarlah bahwa mencari kuasa di organisasi ini tidak begitu sulit, cukup dengan memanfaatkan titik lemah pribadi tertentu yang berkuasa di organisasi ini. Tradisi “ pekok telor” dengan “carmuk alias suka melapor“ tak jarang sering dilakukan demi tujuan tercapai.
Munculnya beberapa orang asing (mu’allaf)di organisasi, tidak jelas kapan mulai masuk NW dan apa kontribusi perjuangannya selama ini sering mencengangkan kader senior. Ya, mereka yang baru langsung menyabet posisi strategis dan ikut menentukan kebijakan organisasi. Sekali lagi, ini adalah sebuah sikap tidak bijak, membuang kader terbaik dan memanfaatkan orang yang tidak jelas identitasnya memegang urusan jama’ah ini. Memang, keraguan kerap menghantui keputusan sang penerus dalam memberikan posisi penting kepada kader yang ada, namun seharusnya keraguan itu harus diberantas dengan program kaderiasi yang jelas dan menyentuh hajat organisasi bukan keluarga. Nah, apabila proses yang ditempuh bagus, maka dengan sendirinya output yang diidamkan akan benar menjadi realita, bukan terus menjadi mimpi buruk.
NW sebagai organisasi kemasyarakatan tidak menutup pintu bagi para mu’allaf untuk bergabung menjadi anggota keluarga besar, namun kehadirannya di organisasi seharusnya melalui proses kultur bukan struktur. Kultur berpotensi akan mencetak kader ikhlas dan memahami banyak arah perjuangan sang pendiri, berbeda dengan yang melalui kultur. Adapun mengenal NW melalui struktur, apalagi munculnya jelang Pemilu akan memunculkan kecurigaan-kecurigaan dan penuh tendensi politik. Bukankah banyak bukti berbicara tentang itu?.
Kekhawatiran beberapa kalangan tentang erosi trust pada tubuh organisasi ini cukup beralasan. Tidak adanya indikator yang dipelurkan bersama oleh organisasi dan jama’ah tentang “ siapa mereka yang layak” ataukah “siapa mereka yang berjasa“ yang pantas mewakili mereka berdampak negatif pada trust masa depan organisasi. Kenyataan demi kenyataan pahit yang jauh dari harapan membuat umat ini berpikir perlunya standar mereka yang layak diusung. Kesalahan terbesar organisasi hari ini adalah selalu menjadikan jama’ah selalu menjadi objek kebijakan yang tak jarang membingungkan?. Sesekali biarkan jama’ah membawa pilihan hati mereka, bukan pilihan minoritas, capee dee !!!.
Makassar 30 Juni 2011



NW dan Nasib Umat Islam di NTB

Written By Unknown on Thursday, October 3, 2013 | 12:00 AM

NW dan Nasib Umat Islam di NTB 

Oleh: H. Abdul Aziz, Lc. MA.

Pertama-tama, antara sebuah mazhab keagamaan dan aliran pemikiran terdapat perbedaan signifikan yang perlu ditonjolkan, sebab mazhab dalam literal bahasa Arab mengandung arti sebuah jalan yang ditempuh melalui sebuah bimbingan. Beda halnya dengan pemikiran yang semata-mata karya logika dengan segala keterbatasannya. Imam Syafi’i misalnya, hati nurani sucinya dianugerahi bimbingan Ilahi untuk menemukan jalan-jalan alternatif bagi umat Islam di dalam al-Qur’an dan al-Sunnah. Sedangkan pemikiran dihasilkan melalui proses analogi rasional belaka yang acapkali tidak didasari kesucian hati dan petunjuk Tuhan. Inilah yang membedakan mazhab-mazhab fikih yang empat dari aliran-aliran yang tumbuh belakangan oleh para pemikir kontemporer. Keempat mazhab fikih berhasil menyuguhkan sebuah perbedaan yang dihiasi nilai-nilai kedamaian dan toleransi, sedangkan pemikiran-pemikiran selainnya gagal dan kerapkali mengundang konflik bahkan pertikaian massa.
Mufakat ulama Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja) bahwasanya keempat mazhab fikih (Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hanbali) adalah benar meskipun fleksibel di tangan para pemukanya. Adapun pemikiran lainnya masih relatif, kontroversial dan belum layak dijadikan pegangan utuh oleh umat Islam, baik yang masih jelata maupun yang sudah merasa cerdas dan sampai ke tingkat kemampuan berijtihad sekalipun.
Soal akidah, ulama Aswaja sepakat bahwa teologi Asy’ari wa Maturidi adalah yang paling mendekati kebenaran. Terbukti dari pilihan mayoritas umat Islam seantero dunia kepada aliran teologi tersebut, tak terkecuali di Indonesia dan NTB khususnya.
Dengan demikian maka sikap kita sebagai umat Islam terhadap lahirnya organisasi-organisasi dan gerakan-gerakan baru berlabel Islam adalah meninjau kembali apakah akidah dan syariahnya masih berpegang teguh kepada yang telah dimufakatkan di atas, ataukah telah bergeser dan mandiri. Apabila dinyatakan bergeser lebih-lebih dalam hal-hal prinsipil maka kita wajib waspada dan hati-hati tanpa mengurangi sikap toleran terhadap sesama.
Konkretnya, aliran-aliran yang mengaku adanya nabi selepas Nabi Muhammad Saw. sudah terang-terangan menyatakan lengser dari ijma’. JIL dengan sejumlah ideologinya pun sulit dipungkiri telah membelot dari ijma’. Tak terkecuali gerakan-gerakan Islam militan yang sarat kekerasan dalam berdakwah, sudah tentu tidak seirama dengan metode dakwah yang telah dituntun oleh Islam ala Aswaja.
Memang, ulama Aswaja sendiri sepakat bahwa Islam sebetulnya masih dan akan terus menerima pembaharuan ideologis dan metodologis yang berkesinambungan dari ruang ke ruang dan dari masa ke masa. Hanya saja dalam hal-hal prinsipil sepatutnya para pembaharu senantiasa mengindahkan prinsip-prinsip dasar yang telah paten dan baku. Dan ironinya, kelompok-kelompok berlabel Islam yang lahir belakangan tidak hanya perlahan menyimpang, namun juga bersikap fanatik dan diskriminatif. Sudah tentu sikap semacam itu merugikan pihak lain dan juga mencemarkan nama kelompok sendiri.
Karena penulis baru saja tiba dari Mesir dua minggu lalu dan sudah berdomisili di Mesir sejak sepuluh tahun lalu, maka tidak salah apabila penulis di sini memaparkan sebuah contoh praktis dari ormas-ormas keagamaan yang berdiri di Mesir dan berkembang hingga ke seluruh dunia, termasuk Indonesia. Pra Mubarak direvolusi rakyatnya, umat Islam terlihat damai diperkokoh oleh institusi al-Azhar, Dewan Fatwa, Persatuan Riset Islam dan Majelis Sufi. Tidak ada yeng berbeda, termasuk dalam menentukan tanggal hari raya. Pasca Mubarak turun, berunjuk gigi lah gerakan-gerakan Islam yang beraneka ragam dan warna, khususnya IM, JI dan HT. Di era Mubarak, ketiga organisasi itu dikebiri dengan alasan mencegah ditegakkannya sebuah teokrasi. Alasan itu kasat mata memprihatinkan karena Islam terkesan disisihkan, namun apabila melirik fakta yang berkembang, setelah bermunculannya gerakan-gerakan Islam tersebut dan berhasilnya IM meraih kursi kekuasaan, umat Islam dan rakyat Mesir kian bercerai-berai, terorisme merajalela dan keutuhan negara mengalami labil parah. Analisa penulis menyimpulkan bahwa kesilapan sama sekali tidak terletak pada Islam sebagai agama langit yang maha benar, melainkan murni ditujukan kepada para pencemar kharisma Islam itu sendiri. Meskipun berbasis Islam, kita tidak boleh serta merta percaya bahwa mereka telah mengerti Islam dengan sesungguhnya.
Terkait ditegakkannya sebuah khilafah, organisasi Islam harus berperan aktif mencerdaskan umat agar memahami dengan betul bagaimana hukum Islam itu diterapkan secara esensial dan substansial, sebagaimana dicontohkan para Sahabat dan Tabi’in. Sayangnya, sikap sebagian umat di Tanah Air akhir-akhir ini terhadap konflik politis yang hangat di Mesir justru meresahkan WNI di sana. Indonesia akan dicap dunia sebagai negara teroris apabila rakyatnya bertindak senonoh tanpa pertimbangan sehat terlebih dahulu.
Selain di atas, seharusnya organisasi manapun mengedepankan maslahat umum dengan penuh toleransi tanpa membunuh tradisi yang sudah membudaya selagi relevan dengan ajaran substansial agama Islam. Al-Azhar adalah contoh paling konkretnya, dan mungkin di Indonesia ada NU yang menempati posisi pertama. Sebagai ormas Islam terbesar di bumi nusantara, ia mampu mewujudkan esensi keislaman yang universal sebagaimana ditaburkan Walisongo terdahulu.
Jujur, dalam komunitas NTB dan masyarakat Indonesia pada umumnya, terdapat sebuah karakter tradisional yang sudah turun temurun. Selain sopan santun dan berbudi pekerti mulia, juga tidak lepas dari watak-watak negatif yang lumrah ada. Hadirnya sebuah organisasi Islam tentu sebagai peningkat karakter yang baik, sekaligus pemusnah karakter yang buruk. Organisasi Islam mengarahkan umat dan bukan dihembuskan oleh arus yang nyaris tidak jelas tujuannya. Meskipun seirama dengan budaya dan tradisi, sebuah organisasi Islam seharusnya tekun merangkul dan mencerahkan, bukan memecah dan semakin membodohkan, terlebih di tengah-tengah hadirnya beragam corak pemikiran dan metode dakwah yang saling kontra. Pegangan Aswaja sudah eksis, tinggal bagaimana menjalankan implementasinya seakrab mungkin dengan maslahat bersama, dan bukan hanya demi kepentingan individu ataupun tradisi golongan tertentu.
NW sebagai ormas Islam terbesar di NTB sulit kita pungkiri jasa dan peran pentingnya dalam mengarahkan masyarakat Islam di NTB ke jalan kebenaran dan kemajuan. Meski demikian, masyarakat Islam di NTB dan warga NW khususnya harus tetap berintrospeksi diri agar ke depan lebih toleran dengan kelompok lain, dan di waktu yang sama tidak rela bersedia dirasuki ideologi luar yang bermusuhan dengan visi-misi pendiri NW sendiri. Paham dan corak keislaman yang dikembangkan NW adalah anti-kekerasan dalam mendakwahkan Islam, alias “Islam ramah, bukan Islam marah” . Dari itu, apabila umat Islam di NTB sudah mulai tergoda retorika anarkisme berlabel jihad, maka NW harus wake up, terlebih penggagas NW sendiri berharap agar NW menyebar ke seluruh dunia, sebab Islam damai yang disuarakan NW memang perlu disampaikan ke seluruh dunia dan ditampilkan khususnya di tengah kecenderungan radikalisme dan terorisme berbasis agama.
Untuk tujuan itu, penulis bersama sejumlah rekan berhasil mendirikan cabang NW di Mesir pada tahun 2003 agar NW segera go international dan tidak hanya berkutat di Lombok. Kelak jika sudah masuk ke forum-forum internasional, NW bisa ikut mendakwahkan Islam yang rahmatan lil alamin sehingga dapat melerai sejumlah ketegangan antar umat Islam yang terjadi di Pakistan, Mesir, Fatah-Hamas di Palestina, dll.
Selain itu, NW harus aktif memproduksi pemikiran dan bukan hanya mengkonsumsi pemikiran. Dengan memproduksi karya-karya intelektual, maka NW akan turut memberikan pengaruh terhadap corak pemikiran Islam Indonesia. Sejauh yang bisa diketahui banyak orang, aktivitas intelektual itu agak redup bersamaan dengan wafatnya pendiri NW, bahkan ada yang berkata bahwa sepeninggalnya, NW lebih kental warna politiknya ketimbang warna intelektual apalagi spiritualnya.
Dan agar keberadaan NW tak hanya dirasakan manfaatnya oleh warga NW secara terbatas, tapi juga oleh seluruh umat Islam Indonesia bahkan dunia, maka NW harus lebih responsif dalam menyikapi soal-soal keagamaan dan kebangsaan. NW bisa saja tetap bermarkas di Lombok, tapi konteks geografis itu tak boleh menjadi alasan bagi NW untuk tak terlibat dalam penyelesaian masalah-masalah nasional terkait keagamaan dan kebangsaan. Kekerasan atas nama agama yang kian marak di negeri ini harus menjadi sorotan utama NW, sebab kekerasan berbasis agama bukan hanya akan mencoreng nama Islam, melainkan juga karena tak sesuai dengan substansi ajaran Aswaja yang diperjuangkan NW. Bila hal ini dilalaikan dan disepelekan, lebih-lebih di NTB sudah berkembang banyak organisasi lain yang mungkin tidak sejalan dengan NW, maka secara tak disadari virus ideologi Islam garis keras itu justru menular ke dalam tubuh warga NW sendiri.
Dengan demikian maka kesimpulan yang dapat dipetik dari catatan sederhana ini antara lain bahwa sebuah organisasi sangat mempengaruhi nasib sebuah komunitas. Apabila kualitas jati diri sebuah organisasi memudar ataupun memburuk , ditambah dengan hadirnya organisasi-organisasi lain dengan visi-misi yang beraneka rupa, maka komunitas tersebut justru menjadi terbingungkan, tersesatkan, terpecahkan bahkan tercelakakan!.

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. AL QOLAM - KMNTB MEDIA - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger