Bayank orang kontra terhadap tasauf dengan alasan tidak ada dalam Al - Qur’an sebenarnya kata mereka, tidak ada juga dalam Hadits, tetapi perlu dingat bahwa tidak berarti tak ada sebutannya dalam Al - Qur’an Hadits lalu tidak bersumber dari Al - Qur’an dan Hadits.
Bagi orang yang tidak suka mengikuti perkembangan Ilmu Tasauf seringkali memiliki persepsi yang salah tentang ilmu tasauf, dianggapnya ajaran yang sesat, tetapi orang yang coba-coba menggunakan sedikit waktu untuk menengok sedikit ilmu lain tidak ada sebutan didalam Al - Qur’an dan Hadits, seperti Ilmu Fiqh, Ilmu Usuluddin, Ilmu Nahu, Ilmu Balagah, Ilmu Ma’ani, Ilmu Bayan, Ilmu Arudh, Ilmu Mantek, Ilmu Falaq, Ilmu Insya’ dan Ilmu-ilmu yang lain, semuannya tidak ada sebutannya dalam Al - Qur’an.
Ada juga yang bilang nama dan definisi tasauf itu bid’ah karena tidak ada sebutannya dalam Al - Qur’an dan Hadits untuk hal ini kita harus ingat bahwa Al - Qur’an dan Hadits diturunkan untuk menyebutkan definisi sesuatu, dan Nabi Muhammad SAW diutus bukan untuk mengajarkan cara merumuskan definisi, Nabi Muhammad mengatakan :
اَلْعُلَمَاءُ وَرَثَةُ اْلأَنْبِيَاءِ
Para Ulama’ adalah pewaris Para Nabi
Dalam Hadits yang sanadnya Abdullah Bin Abbas Rasul bersabda :
كُلُّ مَا رَأَهُ اْلمُسْلِمُوْنَ حَسَنًا فَهُوَعِنْدَ اللهِ حَسَنًا
Setiap apa saja yang dianggap oleh Kaum Muslimin itu baik maka menurut Allah Baik.
Dalam Hadits lain riwayat Imam Ahmad Rasul bersabda :
اِتَّبِعُوا ْالعُلَمَاَء فَإِنَّهُمْ سُرُجٌ فِي الدُّنْيَا لِأَهْلِ السَّمَاِء كَمَا أَنَّ اْلأَنْجُمَ سُرُجُ السَّمَاءِ لِأَهْلِ الدُّنْيَا
Ikutilah para Ulama’ maka sesungguhnya mereka itu laksana lampu yang sinarnya dapat menyinari langit sebagaimana Bintang-Bintang di langit dapat menyiari bumi ( HR. Ahmad )
Kalau Nabi kita yang setiap Desas nafasnya wahyu , salahkah jika mereka itu merumuskan sesuatu demi kebaikan ummat Islam , berdosakah mereka jika merintis sesuatu yang pada zaman Rasulallah , tidakkah upaya mereka tersebut berpijak pada sabda Rasulallah SAW :
مَنْ سَنَّ سُنَّةً حَسَنَةً فَلَهُ أَجْرُهَا وَأَجْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا وَلَا يَنْقَصُ عَنْهُ شَيْئًا , وَمَنْ سَنَّ سُنَّةً سَيِّئَةً فَلَهُ وِزْرُهَا وَوِزْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا وَلَا يُنْقَصُ عَنْهُ شَيْئًا
Siapa saja yang merintis sesuatu rutinitas ritual , maka dia mendapatkan pahalanya, dan pahala orang-orang yang meikutinya tanpa mengurangi pahala orang-orang yang mengikutinya, dan tidak dikurangi sedikitpun, sebaliknya siapa saja yang merintis kriminalitas dekadensi baginya dosa dan dosa orang yang mengerjakannya.
Berdosakah , sesetkah seseorang hamba Allah yang dengan segenap ketulusannya pasrah pada takwin Syari’ah Allah , terhadap qoda’ dan Qadar Allah untuk mencari redha Allah mencari Mahabbatallah , tentu tidak salah, tidak berdosa, tidak sesat, Allah telah berfirman :
"Sesungguhnya barang siapa yang bertakwa dan bersabar, Maka Sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik" ( Yusuf : 90 )
Dan para murid yang menjalani riadhah tersebut bukan mengada-ada , tetapi memaksimalkan diri dalam mengamalkan apa saja yang sesungguhnya telah ada dalilnya dalam Al - Qur’an dan Hadits , misalnya zikir bayank-banyak, mengosongkan hati dari hal-hal yang berbau duniawi tanpa mengosongkan tangan dari karya-karya duniawi, tafakkur atas kemaha kuasaan Allah SWT. Baik dalam Al - Qur’an dan Hadits semua yang tersebut tadi ada dalam Al - Qur’an dan Hadits.
HAKEKAT TASAUF
Untuk memahami hakekat tasauf tersebut mari kita tengok sejenak Amaliah Rasulallah dengan para sahabatnya, Pada era Generasi Rasulallah dan disusul oleh para Khulafa’urrasyidin seluruhya disifati dan dipedomani tasauf.
Ada yang menceritakan bahwa Rasulallah sering kali mengenakan pakaian dari bulu yang bahasa Arabnya Shuf, dan banyak dari sahabat beliau disamping menggunakan pakaian dari bulu banyak juga yang sementara tinggal diserambi Masjid Nabi yang disebut “ Suffah “ dan mereka disebut “ Ahlussuffah “.
Memang kata-kata “ Tasauf “ tersebut berasal dari akar kata Arab yaitu :
تَصَوَّفَ – يَتَصَّوَفُ – تَصَوُّفًا
Yang artinya : orang suka mengenakan pakaian yang bahan baklunya bulu domba, atau orang yang suka tinggal diserambi Masjid Nabi, yang pada gilirannya orang-orang yang identik dengan mereka disebut “ Sufi “.
Kehidupan para sufi itu sedikit sekali bermuatan matrial, tetapi pada nilai ibadah, memandang kehidupan akhirat lebih utama seperti yang terungkap dalam surat Al-A’la : 17-19 yang berbunyi :
•
17. sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal.
18. Sesungguhnya ini benar-benar terdapat dalam Kitab-Kitab yang dahulu,
19. (yaitu) Kitab-Kitab Ibrahim dan Musa
Didalam surat Ad-Duha juga disebutkan :
4. dan Sesungguhnya hari kemudian itu lebih baik bagimu daripada yang sekarang (permulaan)[1582].
5. dan kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu , lalu (hati) kamu menjadi puas.
Dalam mengaflisasikan keyakinan yang sudah ditanamakan oleh Allah kepada beliau dan para sahabat beliau , maka mereka menjalani kehidupan :
1. Zuhud ( Mengosongkan hati dari selain Allah , tangan tetap berkarya ).
2. Qana’ah ( Merasa cukup dengan apa saja yang dikaruniai oleh Allah ).
3. Wara’ ( Hati-hati dari segala yang haram ).
4. Iffah ( Membebaskan diri secara total dari segala larangan ).
5. Ikhlas ( Melaksanakan segala Amalan semata-mata karena Allah ).
6. Ridho ( Selalu menerima dengan suka segala keputusan Allah ).
7. Tawakkal ( Berserah diri atas hukum Syari’ah dan Taqdir ).
8. Syukur ( Senentiasa membalas nikmat Allah dengan Ta’aat dan Fujian ).
Dan banyak lagi sifat-sifat lainnya, kehidupan seperti di atas inilah yang ditekuni oleh para Mutasawwifin.
Imam Qusyairi dalam kitabnya “ Ar-Risalah Al- Qusyairiyah “ diterangkan : Bahwa tasauf itu adalah nama dari orang-orang yang sufi yaitu suatu golongan dari Ummat Islam yang menganut ajaran tasauf.
Ibnu Khaldun yang hidup tahun 1406 H. adalah Ulama’ yang baik dalam hal memberikan keterangan hakekat Tasauf :
وَأَصْلُهَا أَيْ طَرِيْقَةُ التَّصَوُّفِ – اَلْعُكُوْفُ عَلَى اْلعِبَادِةِ , وَالْإنِْقِطَاعُ إِلَى الله وَالْإِعْرَاضُ عَنْ زُخْرُفِ الدُّنْيَا وَزِيْنَتُهَا وَالزُّهْدُ فِيْمَا يُقَالُ عَلَيْهِ الْجُمْهُوْرُ مِنْ لَذَّةٍ وَمَاٍل وَجَاٍه وَاْلإِنْفِرَادُ فِي اْلخُلْوَةِ لِلْعِبَادَةِ ( ظهر الإسلام )
Artinya :
Asal pokok dari ajaran Tasauf itu adalah tekun beribadah, berhubungan langsung pada Allah , menjauhkan diri dari kemewahan duniawi, tidak suka pada apa yang diburu orang banyak dari pada keenakan ( Kelezatan ) , harta benda dan kemegahan mensunyikan diri dalam melakasanakan ibadah kepada Allah semata.
Sirajuddin Abbas menerangkan Ibnu Khaldun telah memperinci pengertian Tasauf Sebagai unsur berikut :
1. Tetap tekun beribadah kepada Allah
2. Memutuskan ketergantungannya kepada kepada selain Allah
3. Menjauhkan diri dari kemewahan-kemewahan dunia
4. Menjauhkan diri dari berfoya-poya dengan harta dan kemegahan-kemegahan.
5. Bersunyi-sunyi / Berkhalwat dalam melaksanakan Ibadah
Dalam kitab Zhorul Islam Ibnu Khaldun berkata :
وَمَا كَانَ ذلِكَ عَامًّا فِي الصَّحَابَةِ وَالسَّلَفِ , فلما فشا الإقبال على الدنيا في القرن الثاني وما بعده وجح الناس إلى مخالطة الدنيا أختص المقبلون على العبادة باسم الصوفية
Hal ini dilaksanakan oleh sahabat-sahabat Nabi dan orang-orang salaf, tetapi kemudian pada kurun II Hijriyah setelah orang-orang berebut-rebutan mengejar dunyawi dan orang sudah enak-enak dalam masayarakat keduaniaaan, maka orang-orang yang tetap tekun beribadah Sebagai sediakala dinamai orang-orang tasauf.
Dari sini Ibnu Khaldun memberikan perincian tentang pengertian Tasauf Sebagai berikut :
1. Nabi Muhammad SAW bersabda para sahabat beliau beramal dan berbudi pekerti sesuai dengan Tasauf yang diperaktekkan oleh para ahli Tsasuf sekarang, karena Amliah Ahli tasauf bersumber dari Amaliayah –Amaliayah Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya;
2. Ajaran dalam tasuf adalah suatu ajaran yang bersumber dari Al - Qur’an dan Hadits dan amalan para sahabat Nabi ;
3. Dan pada kurun II Hijriyah boleh dikatakan Kaum Muslimin sudah banyak yang tidak lulus dengan ujian kemewahan mereka terlena dalam gelimang harta, mereka menyombonngkan diri , berpoya-poya , menumpuk-menumpuk harta dan sudah bayank yang takabbur ;
4. Kaum Muslimin yang Istiqamah mengdentifikasi diri dengan Rasulallah SAW dan para sahabat inilah yang diebut sufi.
Tentang Tasuf memang sangat luas tidak akan habis dibicarakan dalam buku yang singkat ini, maka siapa saja yang ingin mendalami Tasasuf silahkan mendatangi para Mursyid sehingga dapat menilai tasauf secara obyektif.
Disini dapat kita simpulkan bahwa sasaran dari tasauf adalah : Ma’rifat, Musyahadah, Mukasyafah dan Mahabbah.
Bagi orang yang tidak suka mengikuti perkembangan Ilmu Tasauf seringkali memiliki persepsi yang salah tentang ilmu tasauf, dianggapnya ajaran yang sesat, tetapi orang yang coba-coba menggunakan sedikit waktu untuk menengok sedikit ilmu lain tidak ada sebutan didalam Al - Qur’an dan Hadits, seperti Ilmu Fiqh, Ilmu Usuluddin, Ilmu Nahu, Ilmu Balagah, Ilmu Ma’ani, Ilmu Bayan, Ilmu Arudh, Ilmu Mantek, Ilmu Falaq, Ilmu Insya’ dan Ilmu-ilmu yang lain, semuannya tidak ada sebutannya dalam Al - Qur’an.
Ada juga yang bilang nama dan definisi tasauf itu bid’ah karena tidak ada sebutannya dalam Al - Qur’an dan Hadits untuk hal ini kita harus ingat bahwa Al - Qur’an dan Hadits diturunkan untuk menyebutkan definisi sesuatu, dan Nabi Muhammad SAW diutus bukan untuk mengajarkan cara merumuskan definisi, Nabi Muhammad mengatakan :
اَلْعُلَمَاءُ وَرَثَةُ اْلأَنْبِيَاءِ
Para Ulama’ adalah pewaris Para Nabi
Dalam Hadits yang sanadnya Abdullah Bin Abbas Rasul bersabda :
كُلُّ مَا رَأَهُ اْلمُسْلِمُوْنَ حَسَنًا فَهُوَعِنْدَ اللهِ حَسَنًا
Setiap apa saja yang dianggap oleh Kaum Muslimin itu baik maka menurut Allah Baik.
Dalam Hadits lain riwayat Imam Ahmad Rasul bersabda :
اِتَّبِعُوا ْالعُلَمَاَء فَإِنَّهُمْ سُرُجٌ فِي الدُّنْيَا لِأَهْلِ السَّمَاِء كَمَا أَنَّ اْلأَنْجُمَ سُرُجُ السَّمَاءِ لِأَهْلِ الدُّنْيَا
Ikutilah para Ulama’ maka sesungguhnya mereka itu laksana lampu yang sinarnya dapat menyinari langit sebagaimana Bintang-Bintang di langit dapat menyiari bumi ( HR. Ahmad )
Kalau Nabi kita yang setiap Desas nafasnya wahyu , salahkah jika mereka itu merumuskan sesuatu demi kebaikan ummat Islam , berdosakah mereka jika merintis sesuatu yang pada zaman Rasulallah , tidakkah upaya mereka tersebut berpijak pada sabda Rasulallah SAW :
مَنْ سَنَّ سُنَّةً حَسَنَةً فَلَهُ أَجْرُهَا وَأَجْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا وَلَا يَنْقَصُ عَنْهُ شَيْئًا , وَمَنْ سَنَّ سُنَّةً سَيِّئَةً فَلَهُ وِزْرُهَا وَوِزْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا وَلَا يُنْقَصُ عَنْهُ شَيْئًا
Siapa saja yang merintis sesuatu rutinitas ritual , maka dia mendapatkan pahalanya, dan pahala orang-orang yang meikutinya tanpa mengurangi pahala orang-orang yang mengikutinya, dan tidak dikurangi sedikitpun, sebaliknya siapa saja yang merintis kriminalitas dekadensi baginya dosa dan dosa orang yang mengerjakannya.
Berdosakah , sesetkah seseorang hamba Allah yang dengan segenap ketulusannya pasrah pada takwin Syari’ah Allah , terhadap qoda’ dan Qadar Allah untuk mencari redha Allah mencari Mahabbatallah , tentu tidak salah, tidak berdosa, tidak sesat, Allah telah berfirman :
"Sesungguhnya barang siapa yang bertakwa dan bersabar, Maka Sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik" ( Yusuf : 90 )
Dan para murid yang menjalani riadhah tersebut bukan mengada-ada , tetapi memaksimalkan diri dalam mengamalkan apa saja yang sesungguhnya telah ada dalilnya dalam Al - Qur’an dan Hadits , misalnya zikir bayank-banyak, mengosongkan hati dari hal-hal yang berbau duniawi tanpa mengosongkan tangan dari karya-karya duniawi, tafakkur atas kemaha kuasaan Allah SWT. Baik dalam Al - Qur’an dan Hadits semua yang tersebut tadi ada dalam Al - Qur’an dan Hadits.
HAKEKAT TASAUF
Untuk memahami hakekat tasauf tersebut mari kita tengok sejenak Amaliah Rasulallah dengan para sahabatnya, Pada era Generasi Rasulallah dan disusul oleh para Khulafa’urrasyidin seluruhya disifati dan dipedomani tasauf.
Ada yang menceritakan bahwa Rasulallah sering kali mengenakan pakaian dari bulu yang bahasa Arabnya Shuf, dan banyak dari sahabat beliau disamping menggunakan pakaian dari bulu banyak juga yang sementara tinggal diserambi Masjid Nabi yang disebut “ Suffah “ dan mereka disebut “ Ahlussuffah “.
Memang kata-kata “ Tasauf “ tersebut berasal dari akar kata Arab yaitu :
تَصَوَّفَ – يَتَصَّوَفُ – تَصَوُّفًا
Yang artinya : orang suka mengenakan pakaian yang bahan baklunya bulu domba, atau orang yang suka tinggal diserambi Masjid Nabi, yang pada gilirannya orang-orang yang identik dengan mereka disebut “ Sufi “.
Kehidupan para sufi itu sedikit sekali bermuatan matrial, tetapi pada nilai ibadah, memandang kehidupan akhirat lebih utama seperti yang terungkap dalam surat Al-A’la : 17-19 yang berbunyi :
•
17. sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal.
18. Sesungguhnya ini benar-benar terdapat dalam Kitab-Kitab yang dahulu,
19. (yaitu) Kitab-Kitab Ibrahim dan Musa
Didalam surat Ad-Duha juga disebutkan :
4. dan Sesungguhnya hari kemudian itu lebih baik bagimu daripada yang sekarang (permulaan)[1582].
5. dan kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu , lalu (hati) kamu menjadi puas.
Dalam mengaflisasikan keyakinan yang sudah ditanamakan oleh Allah kepada beliau dan para sahabat beliau , maka mereka menjalani kehidupan :
1. Zuhud ( Mengosongkan hati dari selain Allah , tangan tetap berkarya ).
2. Qana’ah ( Merasa cukup dengan apa saja yang dikaruniai oleh Allah ).
3. Wara’ ( Hati-hati dari segala yang haram ).
4. Iffah ( Membebaskan diri secara total dari segala larangan ).
5. Ikhlas ( Melaksanakan segala Amalan semata-mata karena Allah ).
6. Ridho ( Selalu menerima dengan suka segala keputusan Allah ).
7. Tawakkal ( Berserah diri atas hukum Syari’ah dan Taqdir ).
8. Syukur ( Senentiasa membalas nikmat Allah dengan Ta’aat dan Fujian ).
Dan banyak lagi sifat-sifat lainnya, kehidupan seperti di atas inilah yang ditekuni oleh para Mutasawwifin.
Imam Qusyairi dalam kitabnya “ Ar-Risalah Al- Qusyairiyah “ diterangkan : Bahwa tasauf itu adalah nama dari orang-orang yang sufi yaitu suatu golongan dari Ummat Islam yang menganut ajaran tasauf.
Ibnu Khaldun yang hidup tahun 1406 H. adalah Ulama’ yang baik dalam hal memberikan keterangan hakekat Tasauf :
وَأَصْلُهَا أَيْ طَرِيْقَةُ التَّصَوُّفِ – اَلْعُكُوْفُ عَلَى اْلعِبَادِةِ , وَالْإنِْقِطَاعُ إِلَى الله وَالْإِعْرَاضُ عَنْ زُخْرُفِ الدُّنْيَا وَزِيْنَتُهَا وَالزُّهْدُ فِيْمَا يُقَالُ عَلَيْهِ الْجُمْهُوْرُ مِنْ لَذَّةٍ وَمَاٍل وَجَاٍه وَاْلإِنْفِرَادُ فِي اْلخُلْوَةِ لِلْعِبَادَةِ ( ظهر الإسلام )
Artinya :
Asal pokok dari ajaran Tasauf itu adalah tekun beribadah, berhubungan langsung pada Allah , menjauhkan diri dari kemewahan duniawi, tidak suka pada apa yang diburu orang banyak dari pada keenakan ( Kelezatan ) , harta benda dan kemegahan mensunyikan diri dalam melakasanakan ibadah kepada Allah semata.
Sirajuddin Abbas menerangkan Ibnu Khaldun telah memperinci pengertian Tasauf Sebagai unsur berikut :
1. Tetap tekun beribadah kepada Allah
2. Memutuskan ketergantungannya kepada kepada selain Allah
3. Menjauhkan diri dari kemewahan-kemewahan dunia
4. Menjauhkan diri dari berfoya-poya dengan harta dan kemegahan-kemegahan.
5. Bersunyi-sunyi / Berkhalwat dalam melaksanakan Ibadah
Dalam kitab Zhorul Islam Ibnu Khaldun berkata :
وَمَا كَانَ ذلِكَ عَامًّا فِي الصَّحَابَةِ وَالسَّلَفِ , فلما فشا الإقبال على الدنيا في القرن الثاني وما بعده وجح الناس إلى مخالطة الدنيا أختص المقبلون على العبادة باسم الصوفية
Hal ini dilaksanakan oleh sahabat-sahabat Nabi dan orang-orang salaf, tetapi kemudian pada kurun II Hijriyah setelah orang-orang berebut-rebutan mengejar dunyawi dan orang sudah enak-enak dalam masayarakat keduaniaaan, maka orang-orang yang tetap tekun beribadah Sebagai sediakala dinamai orang-orang tasauf.
Dari sini Ibnu Khaldun memberikan perincian tentang pengertian Tasauf Sebagai berikut :
1. Nabi Muhammad SAW bersabda para sahabat beliau beramal dan berbudi pekerti sesuai dengan Tasauf yang diperaktekkan oleh para ahli Tsasuf sekarang, karena Amliah Ahli tasauf bersumber dari Amaliayah –Amaliayah Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya;
2. Ajaran dalam tasuf adalah suatu ajaran yang bersumber dari Al - Qur’an dan Hadits dan amalan para sahabat Nabi ;
3. Dan pada kurun II Hijriyah boleh dikatakan Kaum Muslimin sudah banyak yang tidak lulus dengan ujian kemewahan mereka terlena dalam gelimang harta, mereka menyombonngkan diri , berpoya-poya , menumpuk-menumpuk harta dan sudah bayank yang takabbur ;
4. Kaum Muslimin yang Istiqamah mengdentifikasi diri dengan Rasulallah SAW dan para sahabat inilah yang diebut sufi.
Tentang Tasuf memang sangat luas tidak akan habis dibicarakan dalam buku yang singkat ini, maka siapa saja yang ingin mendalami Tasasuf silahkan mendatangi para Mursyid sehingga dapat menilai tasauf secara obyektif.
Disini dapat kita simpulkan bahwa sasaran dari tasauf adalah : Ma’rifat, Musyahadah, Mukasyafah dan Mahabbah.
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !