Menepis anggapan miring terhadap Mazhab Asy'ariyyah (asya'iroh) sebagai akidah mayoritaS ummat. - AL QOLAM - KMNTB MEDIA
Headlines News :
Home » , » Menepis anggapan miring terhadap Mazhab Asy'ariyyah (asya'iroh) sebagai akidah mayoritaS ummat.

Menepis anggapan miring terhadap Mazhab Asy'ariyyah (asya'iroh) sebagai akidah mayoritaS ummat.

Written By Unknown on Thursday, September 19, 2013 | 6:18 AM

Menepis anggapan miring terhadap Mazhab Asy'ariyyah (asya'iroh) sebagai akidah mayoritaS ummat.
Oleh: M Khairul fairidi,Lc
Banyak orang yang tidak mengerti apa sebenarnya madzhab Asy'ariyyah, siapa mereka dan bagimana methode pemikiran mereka dalam akidah, hingga madzhab Asy'ariyyah tersebut di labeli sebagai madzhab sesat serta keluar dari agama. Lebih ekstrim lagi, ada dari sebagian kalangan yang tanpa ragu-ragu menilai pengikut madzhab Asy'ariyyah adalah kufur.

Ternyata jahil mengenai madzhab Asy'ariyyah menjadikan pangkal kehancuran dan perpecahan di tubuh Ahlussunnah wa al-Jama'ah. Bahkan ada yang mendudukkan pengikut Asy'ariyyah di sejajarkan dengan golongan yang sesat. Kami sungguh tidak tahu argumen mereka, bagaimana mungkin ahli iman dan termasuk golongan Ahlussunnah di sejajarkan dengan kelompok sesat? Na'udzubillah.

Dalam kitab al-Ghuluw, makalah Sayyid Muhammad Alawi al-Maliki hal. 23 dalam Muktamar nasional ke-2 di Makkah al Mukarramah, di sebutkan bahwa tindakan anarkis dari sebuah kelompok yang selalu menyeru berjihad ternyata melakukan pembakaran kitab-kitab dan mausu'ah ilmiyyah (ensiklopedi) termasuk diantaranya adalah kitab Fath al-Bari syarah Shahih al-Bukhari karya al-Hafizh Ibnu Hajar hanya gara-gara beliau di tuduh bermadzhab Asy'ari serta mengikuti jejak Asy'ariyyah dalam mentafsirkan hadits-hadits sifat yang terdapat dalam Shahih al-Bukhari[1].

Lalu muncul pertanyaan, Siapakah Asy'ariyyah sesungguhnya? Asy'ariyyah adalah kelompok ulama-ulama Islam yang terdiri dari ahli hadits, ahli fiqh dan ahli tafsir seperti: 

1. Al-Hafizh Abu Hasan ad-Daraquthni
2. Al-Hafizh Abu Nu'aim al-Ashbahani, penulis Hilyah al-Auliya'
3. Al-Hafizh al-Hakim an-Nasaiburi, penulis al-Mustadrak
4. Al-Hafizh Ibni Hibban
5. Al-Hafizh al-Baihaqi
6. Al-Khathib al-Baghdadi
7. Al-Hafizh as-Sakhawi
8. Syaikh al-Islam Ibnu Shalah
9. Syaikh Ibnu Daqiq al-Id
10. Al-Hafizh Ibnu Abi Jamrah al-Andalusi
11. Al-Hafizh al-Mundziri, penulis at-Targhib wa at-Tarhib
12. Syah Waliyullah ad-Dihlawi, penulis kitab Hujjah Allah al-Balighah
13. Al-Hafizh al-Munawi, penulis kitab Faidh al-Qadir
14. Qadhi Iyadh, penulis asy-Syifa' bi Ta'rifi Huquq al-Mushthafa
15. Syaikh Ibni Khaldun, penulis al-Muqaddimah
16. Abu Ishaq al-Isfirayini
17. Imam Abu Bakar al-Baqillani
18. Sa'duddin at-Taftazani, penulis kitab Syarah al-Maqashid
19. Sulthan al-Ulama, Izziddin bin Abdissalam
20. Imam Ibnu Asakir
21. Imam as-Sirazi
22. Al-Hafizh al-Kirmani, penulis Syarah Shahih al-Bukhari 
23. Ibnu Hajar al-Asqalani (seorang ahli hadits yang tanpa disangsikan lagi bahwa pengarang kitab Fath al-Bari syarah Shahih al-Bukhari tersebut adalah bermadzhab Asy'ari dan kitabnya tersebut adalah kitab yang tidak bisa di tinggalkan ulama). 
24. Imam an-Nawawi (guru besar Ahlussunnah dan pengarang kitab Syarah Shahih Muslim).
25. Imam al-Qurthubi (guru besar tafsir dan pengarang kitab tafsir al-Jami' li Ahkam al-Qur'an)
26. Imam al-Hafizh al-Mufassir Ibnu Katsir
27. Imam Mufassir Fakhruddin ar-Razi
28. Imam al-Hafizh al-Baghawi, penulis kitab Syarah as-Sunnah
29. Imam az-Zarkasyi
30. Imam Mufassir Abu Laits as-Samarqandi
31. Imam Mufassir Ibnu Athiyyah al-Andalusi
32. Imam Mufassir Abul Hasan an-Naisaburi 
33. Ibnu Hajar al-Haitami (pengarang kitab az-Zawajir dan lain-lain)
34. Zakariyya al-Anshari (guru besar fiqh dan hadits) 
35. Abu Bakar al-Baqillani 
36. Al-Qusthalani (penulis Irsyad as-Sari Syarah Shaih al-Bukhari) 
37. An-Nasafi (ahli tafsi dan penulis tafsir an-Nasafi) 
38. Imam asy-Syirbini 
39. Abu Hayyan an-Nahwi 
40. Imam al-Juwaini 
41. Imam al-Haramain 
42. Imam al-Ghazali
43. Imam al-Qarafi, murid Izziddin bin Abdissalam
44. Imam az-Zabidi, pengarang kitab Ittihaf as-Sadah al-Muttaqin
45. Imam as-Sathibi (ulama' qira'at)
46. Imam Dhiya'uddin al-Maqdisi
47. Imam Ibnu Hajib
48. Imam Ibnu Abidin
49. Imam al-Qari' Ibnu Jazri
50. Imam al-Hafizh Ahmad Ash-Shiddiq al-Ghumari
51. Imam al-Bajuri, penulis kitab al-Bajuri Ibni Qasim
52. Al-Habib al-Quthb Abdullah bin Alawi al-Haddad.
53. Imam ar-Rafi'I asy-Syafi'i
54. Syaikh Yasin bin Isa al-Fadani al-Makki
55. Syaikh Yusuf an-Nabhani
56. Syaikh Mutawalli asy-Sya'rawi (Mesir)
57. Sayyid Ahmad Zaini Dahlan, Mufti Mekkah
58. Sayyid Abbas al-Maliki
59. Sulthan Shalahuddin al-Ayyubi (Dinasti Abbasiyyah)
60. Sulthan Muhammad al-Fatih, Dan lain-lain.

Izzuddin bin Abdussalam mengatakan bahwa sesungguhnya akidah madzhab Asy'ari telah disepakati oleh seluruh ulama Syafi'iyyah, Malikiyyah, Hanafiyyah dan para petinggi ulama Hanabilah. Di antaranya adalah guru besar madzhab Maliki yang hidup sezaman dengan Imam Asy'ari, yaitu Syaikh Abu Amr bin Hajib dan guru besar madzhab Hanafi, Jamaluddin al-Hushairi. 

Imam al-Khayali mengatakan dalam Hasyiyah Syarah al-Aqaid bahwa madzhab Asy'ariyyah adalah Ahlussunnah wa al-Jama'ah .( Ittihaf as-Sadah juz 2 hlm. 7 )

Bahkan Ibnu Taimiyyah dalam al-Fatawi (IV/16) mengatakan tentang madzhab Asy'ariyyah: "Adapun para ulama yang melaknat Imam-Imam Asy'ariyyah, maka sesungguhnya siapa yang melaknat mereka, maka harus di ta'zir (di beri hukuman) dan laknat tersebut kembali kepada pelaknatnya. Siapa yang melaknat seseorang yang tidak berhak di laknat, maka laknat akan mengenai dirinya sendiri. Ulama adalah penolong ilmu-ilmu agama dan Asy'ariyyah adalah penolong dasar-dasar agama (ushul ad-din)"

Fatwa Ibnu Taimiyyah tersebut di sebutkan dan di tulis Sayyid Muhammad Alawi al-Maliki dalam makalah dialognya, namun mendapat sanggahan dari Dr. Yusuf al-Ghanifaish (tercatat dalam makalah hal. 57), dikatakan bahwa, "Yang disebutkan oleh Dr. Muhammad al-Maliki, sebenarnya bukan perkataan Syaikh Islam Ibnu Taimiyyah, akan tetapi perkataan Abu Muhammad al-Juwaini sebagaimana di sebutkan oleh Syaikh Ibnu Taimiyyah di dua halaman sebelumnya" Kemudian Sayyid Muhammad mengucapkan terima kasih dan memberikan tanggapan bahwa Syaikh Ibnu Taimiyyah sependapat dengan fatwa Abu Muhammad al-Juwaini . (Lihat al-Ghuluw hlm 60.)[2]

Dari itu semua,  jika pengikut madzhab Asy'ariyyah di anggap sebagai orang sesat, maka berapa ribu ulama Asy'ariyyah dan berapa juta muslimin yang menjadi korban penyesatan dan pengkufuran? Lalu kenapa, mereka selalu mengutip pendapat Ibnu Hajar al-Asqalani, Ibnu Katsir, al-Qurthubi, ar-Razi, Ibnu Hibban dan lain-lain, yang padahal mereka semua dianggap sesat? 

Catatan:

Ada bebrapa kitab telah tersebar di maktabah-maktabah islam dimana kitab-kitab tersebut terdapat cerita yang menyebutkan bahwa Imam Haramain  kembali (bertaubat) dari pendapatnya tentang ilmu kalam sebagaimana di tulis oleh Khalid Abdurrahman Dkk dan ulama-ulama lain (madzhab Wahhabi) dalam catatan kitabnya, Dalail at-Tauhid karya Jamaluddin al-Qasimi, adalah palsu dan bohong sebagaimana di jelaskan oleh Ibnu as-Subki dalam Thabaqat asy-Syafi'iyyah biografi Imam Haramain. Begitu juga dengan Imam al-Ghazali dan imam fkhruddin al rozy dan lainnya.

Menurut analisa penulis memang benar terdapat dalam kitab-kitab thabaqot yang menceritakan tentang penyesalan mereka sehingga mereka kembali dan berwasiat untuk berpegang teguh pada manhaj salafussoleh, kalimat-kalimat tersebut telah salah di fahami oleh dedengkot salafi wahabi, mereka mengira kembali ke manhaj salaf itu adalah kembali ke manhaj salafiyyah seperti faham yang mereka anut. Sekali lagi penulis tegaskan bahwa bukan itu maksudnya, karena sesungguhnya Salafussoleh tidak pernah sama dengan Salafiyyah al wahhabiyyah dan mazahbnya.  






[1]  Dan yang paling aneh bahkan penulis sendiri telah melihat dan menyaksikan dengan mata kepala sendiri dimana beberpa kitab sengaja  di edarkan di maktaba-baktabah, Dimana kitab-kitab aneh dan penuh fitnah keji semisal  kitab yang berjudul " ibnu hajar al asqolani wa akhtouhu fi masaail attauhid min kitabihi fathul bari", juga kitab "al asyairoh fil mizan"  dan lainnya. dimana kitab tersebut di susun oleh dedengkot salfiyyah dan para mutasyaddiun untuk menebarkan keraguan terhadap ummat.
[2] Gauru mulia syaikh Aly jum'ah asysyafi'ie menjelaskan, bahkan ibnu taymiyyah sendiri dalam berdebat selalu memakai perkataan imam abul hasan al-asy'ary (pendiri mazhab asy'riyyah). Ulama yang sezaman dengan ibnu taymiyyah seperti imam annabhany dan Imam sofiyuddin al-hindy mengatakan:
ماذا أفعل برجل كل ما حاورته قال القول الثاتي لأبي الحسن الأشعري
Apa yang bisa saya lakukan kepada seseorang (ibnu taymiyyah). Yang di setiap saya berdebat dengannya dia selalu mendatangkan pendapat lain dari perkataan imam abul hasan al asy'ary.

Share this article :

1 comment:

  1. assalammualaikum alhamdulilliah saya sangat senang dengan adanya blog ini sungguh di indonesia sendiri khususnya saya sangat bingung dengan banyak aliran aliran yang mengatakan imam asyari sesat,saya pun pernah beli buku yang di terbitkan mereka

    ReplyDelete

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. AL QOLAM - KMNTB MEDIA - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger