SEBUAH PENGANTAR SINGKAT ILMU LOGIKA - AL QOLAM - KMNTB MEDIA
Headlines News :
Home » , » SEBUAH PENGANTAR SINGKAT ILMU LOGIKA

SEBUAH PENGANTAR SINGKAT ILMU LOGIKA

Written By Unknown on Thursday, September 19, 2013 | 6:11 AM


SEBUAH PENGANTAR SINGKAT ILMU LOGIKA
I. Sejarah singkat ilmu logika
Sejak berabad-abad lamanya Manusia telah mengajukan pertanyaan-pertanyaan filosofis seperti, adakah pencipta alam semesta ataukah ada dengan sendirinya? Bagaimana dunia diciptakan? Adakah khendak atau makna dibalik apa yang terjadi? Adakah kehidupan setelah kematian? Bagaimana seharusnya kita hidup?dll. Dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan ini manusia berpegang teguh pada akal mereka, namun akal manusia terbatas sehingga permasalahan-permasalahan filosofis ini tidak terjawab semuanya, maka sudah seharusnya manusia juga berpegang pada nash (al Qur’an dan Sunnah), sebagaimana dijelaskan Abu Ishaq Ibrahim al Banaani dalam muqoddimah as Sanusiyah, bahwa pencapaian ilmu pengetahuan menurut imam Asy’ari ada tiga metode : pertama, panca indra yang sehat, kedua, khabar mutawatir (al Qur’an dan sunnah), dan ketiga, akal.
Thales (624-546 SM) terhitung sebagai filsuf pertama pada sejarah filsafat Yunani, lain dari pada itu ia juga termasuk orang pertama yang mencoba menafsirkan bahwa segala sesuatu bersumber dari air, Menurut Aristoteles saat itu Thales telah melakukan logika induktif.  Aristoteles memperkirakan bahwa Thales pernah mengatakan bahwa “ semua benda itu penuh dengan tuhan atau dewa”, Aristoteles telah menafsirkan pendapat Thales dalam bukunya “An Nafs”, berkata: “kemungkinan  yang dimaksudkan Thales, bahwa alam ini mempunyai jiwa/ruh sedangkan yang mengatakan ruh universal adalah Plato yang masa hidupnya jauh  setelah Thales”.
Para sejarawan berbeda pendapat pada kedudukan ilmu logika bagi Aristoteles, karena Aristoteles membagi disiplin ilmu pengetahuan menjadi 3 bagian :
1. Theoretical “al Ulum an Nadzoriyah”, yang terdiri dari tiga 3 disiplin ilmu : pertama, Metafisika“Maa Ba’da Thabi’ah”, kedua, Matematika“ Ar Riyadiyah”, dan ketiga, Fisika“Fiziyaa”
2. Practical “al Ulum al Amaliyah”, yang terdiri dari 3 disiplin ilmu : pertama, Etika“al Akhlaq”, kedua, Politik“as Siyasah”, dan ketiga, Ekonomi“al Iqtishody aw tadbir al manzil”
3. Poetical “al Ulum as Syi’riyyah”, yang juga terdiri dari 3 pokok disiplin ilmu : pertama, Musik“al Musiqy”, kedua, Syair“as Syi’ry”, dan ketiga, Arsitektur“Fan al ‘Imarah”.
Setelah dianalisa dari pembagian disiplin ilmu ini, Aristoteles tidak memberikan kedudukan untuk ilmu logika atau dengan kata lain, ilmu logika tidak menjadi bagian pada 3 disiplin ilmu diatas. Ini menjadi perhatian para ilmuwan dan sejarawan dalam qurun waktu yang sangat lama sampai saat sekarang ini. Salah seorang filsuf, E. Boutroux mengatakan dalam bukunya “Dirassat fi Tarikh Falsafah” : “Aristoteles tidak menyebutkan ilmu logika pada pembagian disiplin ilmu, mungkin karena pembagian disiplin ilmu itu menunjukan suatu fakta, sedangkan ilmu logika hanya menunjukan metode penggambaran (Tasawwurat) saja.
إن مبادئ كل فن عشرة # الحد والموضوع ثم الثمرة
وفضله ونسبة والواضع # والإسم الاستمداد حكم الشارع
مسائل والبعض بالبعض اكتفي # ومن دري الجميع حاز الشرفا
A. Definisi ilmu logika
Secara etimologi, logika berasal dari bahasa Yunani kuno yaitu logos, Heraclitus mengartikan kalimat ini dengan pikiran dan kebenaran, hanya saja Heraclitus menjadikan kalimat ini sesuatu yang azali dan abadi yang mana ketika mendengar kalimat ini manusia lemah dalam memahami dan seakan-akan ia pertama kali mendengarnya.  Sedangkan dalam bahasa Arab, ilmu Logika diterjemahkan menjadi منطق (masdar mimi) dari asli kalimat نطق yang berarti perkataan dan pengetahuan . Adapun secara terminologi ilmu Logika mempunyai banyak definisi, namun definisi ini tidak terlepas dari ta’rif bil had dan ta’rif birrosmi.
Contoh ta’rif bil had :
Ibrahim al Baijuri, علم يبحث فيه عن المعلومات التصورية والتصديقية من حيث انها توصل الى أمر مجهول تصوري أو تصديقي أومن حيث ما يتوقف عليه ذلك
Atsiruddin bin Amr al Abhari, علم يبحث فيه عن الأعراض الذاتية للتصورات و التصديقات من حيث نفعها في الايصال الى المجهولات
Ibnu Sina, علم يتعلم فيه ضروب الانتقالات, من أمور حاصلة في ذهن الانسان, الي أمور مستحصلة, وأحوال تلك الأمور
Ibnu al Marzaban, الصناعة النظرية التي تعرّف أنّ من أيّ الصور والمواد يكون الحد الصحيح الذي يسمى حدّا, والقياس الصحيح الذي يسمى برهانا
Seperti hewan (jinsun) dan berfikir (fashal), yang mana keduanya telah diketahui penggambarannya dalam akal (ma’lum tasawwuri), maka kalimat dari keduanya akan mengantarkan kepada sesuatu yang tidak diketahui penggambarannya dalam akal (majhul tasawwuri) yaitu manusia. Adapun yang mengantarkan kepada sesuatu yang tidak diketahui dalam akal disebut definisi (ta’rif, qaul syarih, mu’arrif).
Sama halnya dalam suatu silogismus (Qiyas Mantiki) , seperti pernyataan “alam ini berubah-ubah” (premis minor) dan “setiap yang berubah-ubah itu baru” (premis mayor) dari kedua premis yang telah diyakini dan dapat dihukumi dengan akal (ma’lum tasdiqi), maka dari kedua premis ini akan mengantarkan kepada suatu kesimpulan atau konklusi yang tidak diketahui dalam akal(majhul tasdiqi) yaitu alam ini baru. Dan ada pun yang mengantarkan kepada suatu kesimpulan ini disebut dengan demonstrasi atau argumen (Burhan, dalil, Qiyas dan hujjah).
Ketepatan penarikan kesimpulan tergantung dari tiga hal :
1. Kebenaran premis minor
2. Kebenaran premis mayor
3. Keabsahan pengambilan kesimpulan
Sekiranya salah satu dari ketiga unsur tersebut tidak dipenuhi maka kesimpulan yang ditariknya akan salah.
Contoh ta’rif birrosmi :
Atsiruddin Ibn Amr al Abhari, قانون يعرف به صحيح الفكر وفاسده
Taqiyuddin Ibn Taimiyyah, آلة قانونية تعصم مراعاتها الذهن أن يزل في فكره دعوي كاذبة, بل منأكذب الدعاوى
Dan Imam al Quzwaini al Katibi menyebutkan dalam bukunya “Risalah As Syamsiyah fi al Qowaid Mantiqiyah”, الة قانونية تعصم مراعاتها الذهن عن الخطأ في الفكر,وليس كله بديهيا والا لاستغنى عن تعلمه ولا نظريا والا لدار وتسلسل, بل بعضه بديهيّ وبعضه نظريّ يستفاد منه
Abu Nasr al Farabi memaparkan dalam bukunya “al Madkhal” bahwasanya kalimat logika atau mantiq menurut Yunani (Qudama’) menunjukan tiga hal :
1. Suatu kemampuan pada diri manusia dalam memikirkan segala sesuatu yang logis, yang mana dengan kemampuan itu manusia dapat mencapai pengetahuan dan perindustrian, dan dengan kemampuan itu manusia dapat membedakan perbuatan yang baik dan jahat.
2. Pengetahuan yang terdapat pada diri manusia dengan perantara pemahaman, dan mereka menamakannya “An Nuthqu Ad Dakhili”.
3. Suatu perkataan yang bersumber dari lisan, yang menunjukan apa yang ada dalam perasaan  ataupun angan-angan, dan mereka menamakannya dengan “An Nuthqu Al Khoriji”.

B. Pokok pembahasan atau objek ilmu logika

Setiap ilmu pengetahuan mempunyai keistimewaannya masing-masing, yang mana keistimewaan ini dapat ditemukan dari segi definisi ilmu pengetahuan dan dari segi objek yang akan dibahas oleh ilmu pengetahuan itu, dalam ilmu fiqih misalnya mempunyai objek pembahasan perbuatan mukallaf yang ditinjau dari segi halal, haram, sunnah, makruh, mubah dll, sedangkan ilmu ushul fiqih objek pembahasannya adalah pengambilan intisari hukum dari al Qur’an dan Hadist. Ilmu logika mempunyai dua pokok pembahasan :
1. Tashawwurat (gambaran, konsepsi), yang akan mengantarkan pada difinisi
2. Tashdiqat (keyakinan,pembenaran), yang akan mengantarkan pada demonstrasi atau argumen
Masing-masing dari tashawwur dan tashdiq mempunyai dasar dan tujuan, dasar dari pada tashawwur adalah lima universal (kulliyat khoms) antara lain : jenis (jinsun), spesies (nau’), pembeda (Fashal), keistimewaan yang khusus (‘arod khos), dan keistimewaan yang umum (‘arod ‘am), dan tujuan tashawwur adalah definisi (ta’rif, qaul syarih, mu’arrif).Adapun dasar dari pada tashdiq adalah proposisi dan hukum-hukumnya (qadhoya wa ahkamuha) dan tujuannya adalah demonstrasi atau argumen (burhan, dalil, hujah).

C. Faedah dalam mempelajari ilmu logika

Faedah ilmu logika dapat disimpulkan dari ta’rif birrosmi ilmu logika yaitu kaedah-kaedah yang menghindarkan akal dari kesalahan dalam berfikir. Maka dengan memperhatikan kaedah-kaedah berfikir tersebut dapat diketahui keabsahan dan kevalidan suatu argumen. Ibnu Sina menegaskan pada bukunya “As Syifa” pada mulanya manusia memikirkan bagaimana sesuatu yang tidak diketahui dapat dihasilkan dari sesuatu yang diketahui, dan memikirkan bagaimana keadaannya serta penertibannya dalam akal, agar ilmu itu memberikan faedah tentang yang tidak diketahui.  Namun tidak kalah pentingnya dengan mamfaat ilmu logika yang dipaparkan oleh Ibnu Malakah al Bagdadi dalam bukunya “Al Mu’tabar Fi al Hikmah”, ia memberikan kesimpulan bahwasnya ilmu logika memberikan hidayah pada akal kepada hakikat ilmu pengetahuan dan menghindarkan ilmu pengetahuan itu dari penyimpangan dan kekeliruan.
D. Keutamaan ilmu logika

Melihat dari pada pokok pembahasan ilmu logika dapat dikatakan bahwasanya ilmu logika mempunyai mamfaat yang umum, Abu Nasr al Farabi menjadikan ilmu logika sebagai muqoddimah dalam mempelajari filsafat, maka barang siapa yang tidak mempelajarinya akan sangat tidak mungkin baginya untuk mempelajari filsafat, karena filsafat dicapai dari kualitas diskriminasi yang bersumber dari kemampuan berfikir dalam mengetahui kebenaran, dan disiplin ilmu yang menghasilkan kemampuan itu adalah mantiq.  Ibnu Sina juga berpendapat bahwasanya ilmu logika adalah alat yang akan mengantarkan manusia untuk mencapai hukum secara teori (Ahkam an Nadzariyyah) dan secara operasi (Ahkam al Amaliyah), disamping mantiq menghindarkan manusia dari kesalahan berfikir juga menghindarkannya dari kelalaian dalam suatu penelitian, namun juga akan memberikan metode dalam penelitian itu.  Dalam buku “Mustashfa” imam Ghozali juga menjadikan ilmu mantiq sebagai muqaddimah disiplin ilmu secara keseluruhan,  ini dapat diperkuat dari perkataannya “ومن لم يعرفهفلا ثقة بعلومه”.


E. Keharmonisan ilmu logika dengan berbagai ilmu pengetahuan
Dapat dikatakan ilmu logika atau ilmu mantiq biasa menjadi penjelas untuk disiplin ilmu lainnya, lebih dari pada itu ilmu logika juga mempunyai hubungan yang sangat erat dengan hati atau ruh, seperti hubungan ilmu Nahwu dengan lisan, dan dapat diibaratkan hubungan ilmu logika dengan perkataan, seperti hubungan musik dengan suara.
Imam Akhdhori berkata “وبعد فالمنطق للجنان نسبته كالنحوللسان”.
Yang dapat dilihat dalam bidang ilmu Kalam, Ushul Fiqih, Filsafat dan lain sebagainya, kebanyakan ulama baik yang terdahulu atau pun kontemporer memakai metode ilmu Logika dalam menerangkan karangan-karangan mereka atau pun dalam membuat suatu definisi, seperti Imam Ghozali yang menjadikan ilmu Mantiq sebagai pendahuluan dalam bukunya “Mustashfa”, bahkan imam Ghozali menjadikan mantiq sebagai pendahuluan untuk seluruh disiplin ilmu seperti apa yang dikatakan dalam bukunya “Mustashfa” :
"نذكر في هذه المقدمة مدارك العقول وانحصارها في الحد و البرهان, ونذكر شرط الحد الحقيقي و شرط البرهان و أقسامها علي منهاج أوجز مما ذكرنا في كتاب "محك النظر" و كتاب "معيار العلم" و ليست هذه المقدمة من جملة علم الأصول ولا من مقدماته الخاصة, بل هي مقدمة العلوم كلها, ومن لا يحيط بها فلا ثقة له بعلومه أصلا"
F. Pengarang ilmu logika
Sejak tahun 624 sampai tahun 428 SM yaitu dari periode Thales sampai dengan Plato ilmu Logika belum menjadi disipin ilmu yang dibukukan, dengan kata lain ilmu logika hanya menjadi pengetahuan yang hanya terstruktural dalam akal, berbeda dengan priode Aristoteles yang berperan penting dalam pembukuan disiplin ilmu logika.
Aristoteles lahir pada tahun 384 SM di Macedonia dan datang ke Akademi Plato ketika usia Plato 61 tahun, ia menjadi murid di Akademi Plato selama hampir 20 tahun. Ayah Aristoteles adalah seorang dokter yang dihormati dan juga seorang ilmuan, ini menjadi latar belakang yang memberikan gambaran tentang proyek filsafat Aristoteles. Yang paling menarik bagi Aristoteles adalah telaah alam. Dia bukan hanya filsuf Yunani besar yang terakhir, namun juga ahli biologi besar Eropa yang pertama.
Aristoteles mengumpulkan pembahasan-pembahasan ilmu logikanya dalam karangan “Organon” yang tersusun dari pada 6 kitab :
1. The Categories, menerangkan pokok penggambaran dalam suatu pengertian yang disebut dalam bahasa latin (Categoriae seu praedicamenta) dan pada pasal kelima terakhir pada buku ini menerangkan judul (Post Praedicamenta)
2. On Interpretation, kitab yang memperhatikan analisa proposisi (qodoya) dan hukum-hukumnya yang dalam bahasa latinnya adalah (Perihermenias seu de Interpretatione)
3. The First Analytics, memaparkan teori silogisme yang dalam bahasa latinnya (Analytica Priora)
4. The Second Analytics, yang membahas teori demonstrasi yang dalam bahasa latinnya adalah (Analytica posteriora)
5. Topics, pembahasan yang mengingkap metode berdebat dan memaparkan argumentasi yang masih memungkinkan akan kebenarannya (Ihtimaly)
6. On Sophistical Refutations, buku yang membahas tentang pembantahan argumen-argumen kaum Sophis dan membongkar kesalahan-kesalahan mereka dalam berpikir.

G. Nama-nama ilmu logika
Dalam buku “As Sullam al Munawraq” secara jelas Imam Akhdhori menyebutkan disiplin ilmu  logika dengan “Ilmu Mantiq”, seperti halnya sebagian ulama yang menyebutkan ilmu logika dengan “Mizan” dan Imam Ghozali sendiri menyebutkan ilmu logika sebagai “Mi’yar Ulum”.
Adapun alasan ilmu logika disebut dengan “Ilmu Mantiq” karena mantiq secara aslinya bermakna pengetahuan “Al Idrok”, potensi berfikir “Quwatu al Aqilah” dan pengucapan “An Nuthqu”, maka secara tidak langsung ilmu logika akan memperbanyak pengetahuan, memperkuat serta menyempurnakan potensi dalam berpikir, dan memberikan kemampuan dalam beretorika.
H. Sumber ilmu logika
Akal menjadi sumber dalam ilmu logika seperti halnya pertanyaan-pertanyaan filosofis yang dijawab oleh manusia dengan akal mereka sejak berabad-abad lamanya, tapi dalam berfikir tidak selamnya benar. Selalu ada kendala atau permasalahan-permasalahan yang secara tidak langsung membuat manusia kontradiksi dengan manusia yang lainnya, bahkan kontra dengan dirinya sendiri sehingga dibutuhkanlah suatu rambu-rambu yang mengatur metode berfikir manusia yaitu mantiq.
I. Hukum mempelajari ilmu logika
Imam Baijuri membagi ilmu mantiq menjadi dua bagian :
Pertama, ilmu logika yang terlepas dari kesesatan filsuf seperti “Sullam al Munawroq”, “Isaghuji”, ringkasan Ibnu ‘Arofah, “Risalah as Syamsiyah fi al Qowaid Mantiqiyah” karangan Imam al Quzwaini al Katibi, “Tahdzib Mantiq” karangan Imam Sa’ad at Taftazani dll.
Kedua, ilmu logika yang tidak terlepas dari kesesatan filsuf seperti yang disebutkan pada buku-buku ulama terdahulu, pada bagian inilah menjadi perdebatan diantara para ulama.
Sebagaimana dipaparkan oleh Imam Khudhori dalam mattan sulam al Munawroq:
والخلف في جواز الاشتغال * به علي ثلاثة أقوال
 فابن الصلاح والنواوى حراما * وقال قوم ينبغي أن يعلم
والقولة المشهورة الصحيحه * جوازه لكامل القريحه                    
ممارس السنة والكتاب * ليهتدي به الى الصواب

J. Permasalahan –permasalahan dalam ilmu logika
Pembahasan ilmu logika tidak terlepas dari pada pembentukan suatu definisi dan argumen, yang mana pembentukan definisi tersebut diambil dari penggambaran terhadap sesuatu, contohnya pendefinisian manusia dengan makhluk hidup yang berakal. Adapun pembentukan argumen yang disimpulkan dari beberapa proposisi, contohnya Socrates adalah makhluk hidup (premis minor), setiap makhluk hidup akan mati (premis mayor), maka dapat disimpulkan bahwa “Socrates akan mati”.
K. penutup
maka dari tulisan yang singkat tentang ilmu logika ini dapat kita simpulkan bahwa pembahasan ilmu logika hanya berkisar pada pembahasan-pembahasan akal, yang mana ketika disesuaikan dengan kenyataan atau fakta akan menghasilkan kebenaran (keyakinan sempurna yang sesuai dengan fakta dan didasari sebuah bukti). Lain dari pada itu, ketika kita khendak mendalami atau menyelami suatu disiplin ilmu tertentu,  maka semestinya untuk tahapan yang pertama, kita mengetahui sepuluh metode dasar ilmu pengetahuan atau muqoddimah ilmu pengetahuan itu, agar memberikan gambaran secara umum hal-hal yang terpenting yang harus diketahui oleh penuntut ilmu sebelum menyelami disiplin ilmu tertentu.
 Sekian semoga bermamfaat dan dapat kita amalkan kelak dalam kehidupan sosial, dan semoga kita selalu mendapatkan petunjuk dan hidayah Nya, Amin. Walhamdulillah robbil ‘alamin wallahu ‘alam bishowab.

Share this article :

0 comments:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. AL QOLAM - KMNTB MEDIA - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger