- AL QOLAM - KMNTB MEDIA
Headlines News :
Home » »

Written By Unknown on Tuesday, October 1, 2013 | 12:00 AM

PESANTREN DAN DEMONSTRASI SANTRI 

Keadaan yang tidak berpihak selalu menyebabkan daya kritis semakin tajam dan menggigit. Sikap kritis yang dilakukan sebagai bentuk kepedulian yang tinggi atas dominasi tertentu yang membelenggu kebebasan menyatakan sesuatu. Keberpihakan anehnya selalu berbasis tendensi pribadi, kelompok dan golongan bahkan tidak jarang beralasan agama. Hal ini menjadi penomena sosial yang sering melibatkan semua unsur dan instansi tertentu untuk menyingkap akar persoalannya, mengurai benang kusut yang mengerutkan suasana dan membongkar tembok tebal yang terbangun yang menghalangi jalan musyawarah untuk mencari pemecahan persoalan.

Pesantren sebagai salah satu institusi pendidikan berbasis agama dengan doktrinnya yang kental memahami betul tentang arus modernisasi dan globalisasi. Bukan hal yang baru bahwa pesantren telah menyingkirkan hal-hal berbau tabu dan terlarang sebelumnya. Kita masih ingat bagaimana pesantren – Kalangan kiai dulu – pada masa penjajahan melarang para ustaz dan santri bercelana, mengajarkan bahasa Inggris, menggunakan bangku dan lain sebagainya dengan alasan produk barat, budaya orang kafir dengan penekanan bahwa semua hal dari barat harus ditolak dan dijauhkan dari dunia pesantren karena tidak sesuai dengan ajaran agama.

Paradigma yang terbangun lama ini kemudian mengikis dengan adanya keberanian untuk menginterpretasi ulang doktrin kurang tepat tadi. Pesantren lebih terbuka (open meanseat) dan melakukan sharing terhadap kemajuan ilmu pengetahuan yang telah mencengangkan umat Islam. Penemuan demi penemuan telah mengangakan para kiai, ustaz dan pemikir Islam dalam semua sisi kehidupan manusia. Sikap nerimo atau  sebaliknya bertengkar dalam hati, padahal keinginan mengikuti trand modern itu pun menggebu dan menuntut atas nama kebutuhan zaman. Penemuan alat komunikasi contohnya, hand phone, komputer dan alat transfort lainnya semua merupakan produk barat alias orang kafir sebelumnya, namun tidak ada satu pun kita yang komplain dalam mengakui manfaatnya bagi umat Islam, bahkan menganjurkan untuk mempelajarainya.

Sikap pesantren yang mencoba terbuka (open) terhadap dunia informasi dan tekhnologi mendorong pesantren harus fear dengan semua suguhannya. Bukankah tampilan dan suguhan yang diperlihatkan tidak bisa dipisahkan dari dampak positif dan negatif yang banyak mempengaruhi gaya hidup, gaya berkomunikasi dan bersikap masyarakat pesantren. Nah, disinilah Ketidakpekaan pesantren namun berkontribusi besar terhadap keanehan dan keunikan yang terjadi di tubuh pesantren. Banyak media menyampaikan kasus pencabulan, korupsi, kekerasan, dan bahkan pencurian (walau kelas santri) terjadi di pesantren diakibatkan oleh kurangnya ketauladanan dan filterisasi tekhnologi di dalamnya. Oleh karena itu, deskripsi keadaan di atas menunjukkan pesantren belum siap menerima kemajuan zaman dengan suguhannya terbukti belum adanya sistem ideal untuk memfilter unsur negatif pihak luar.

Demonstrasi (aksi) merupakan suguhan setiap hari di dunia televisi setelah kran demokrasi terbuka dan rezim yang lama digulingkan. Demonstrasi bertetangga dengan kata demokrasi dalam kamus yang ada, seakan dua hal ini saling mewarnai dan selalu ada dalam sebuah tatanan bernegara. Dimana Negara dengan sistem demokrasi pasti diwarnai dengan demo-demo yang melelahkan semua unsur pemerintah dan tak jarang berujung benterokan (sangat disayangkan). Demonstrasi adalah unjuk rasa; tindakan bersama untuk menyatakan protes kepada pihak tertentu; menunjukkan mengenai cara-cara penggunaan suatu alat; pamer kekuatan (kekuatan yang mencolok). Semua unsure yang disebutkan ada pada setiap aksi demo yang dilakukan oleh pihak tertentu, mulai dari pernyatan sikap terhadap kebijakan yang ditolak dengan menggunakan berbagai alat yang mendukung.

Ada tokoh kita mengatakan “Demo itu sebenarnya sering dilakukan oleh santri, hiziban, tahlilan dan zikiran merupakan bentuk demo, karena bersama-sama menuntut sesuatu yang lebih baik kepada Allah ”. ungkapan beliau dengan pemahaman bahwa demo itu berisikan tuntutan  yang dituntut untuk dipenuhi dan dikabulkan sangat dibenarkan. Pertanyaan mendasar adalah kenapa orang berdemo dan melakukan teriakan-teriakan?. Kalau dilihat dengan seksama maka para demonstran itu hanya mendapatkan lelah, capek dan keadaan lainnya yang tidak mengenakkan. Kita bisa melihat demo dengan teriakan di jalanan, membuat tenda tidak perduli panas dan hujan dan bahkan ada yang menjahit mulut dan membakar dirinya. So, Apa yang dilakukan oleh para demonstran itu sebagai bentuk penyampaian aspirasi ke pihak tertentu  atas kebijakan yang kurang tepat dan bahkan keliru.

Dalam agama kita bahwa Islam memberikan cara untuk mendapatkan solusi atas permasalahan yang ada. Anjuran bermusyawarah dengan perlakuan yang sama di mata hukum juga dicontohkan oleh baginda Rasul kepada para sahabatnya. Al-qur’an sebagai pegangan hidup dan rasulullah sebagai tauladan telah memberikan batasan-batasan dalam menyampaikan aspirasi. Benar, demo bukan tradisi Islam dan merupakan cara-cara barat tapi cara apalagi yang bisa dilakukan oleh thalib (santri) terhadap sistem yang merugikan mereka?. Penulis sering melihat para kiai mengajak santrinya berdemo ke lembaga tertentu atas dasar pembiaran ma’siat yang merajalela, praktik prostitusi dan bar-bar yang menyediakan minuman keras. Haruskah pesantren mendiamkan praktik zina, minuman keras dan lainnya yang terjadi dan bahkan merusak masyarakat bahkan Islam. Jika alasannya semua dikendalikan oleh pemerintah namun pada kenyataannya perbuatan itu telah dan sedang berlaku di tengah masyarakat.

Pesantren sebuah lembaga yang mulia untuk mengkader generasi harapan agama dan bangsa. Para pemerhati pendidikan dengan jelas menyandarkan harapan besar bahwa pesantrenlah yang mampu melahirkan para penyelamat bangsa. Santri, mereka adalah insan terdidik dan mengetahui peran yang diembannya di tengah masyarakat. Namun, mereka bukan batu yang selalu membisu dan terdiam, bukan air yang selalu mengalir tenang, bahkan mereka bisa menjadi tsunami yang akan menyapu bersih sampah-sampah yang dibuang oleh para pengotor. Mari saling memuhasabah diri untuk Islam yang lebih baik. Allahu a’lam.



Share this article :

0 comments:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. AL QOLAM - KMNTB MEDIA - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger